Derajat Kewalian; Mungkinkah Itu bagi Kita?
Oleh : Ahmed Tirmidzi El-Basyasyah
Pendahuluan
Mungkin Anda pembaca makalah ini akan tercengang dan bertanya-tanya, mengapa saya sebagai sang pemakalah disini mengangkat materi yang sangat tabu dan sakral yaitu “wali”. Banyak orang khususnya masyarakat di Negara kita Indonesia, yang salah persepsi tentang “wali”. Jika membicarakan “wali”, maka yang muncul di benak mereka ialah, wali adalah seorang yang sakti dan bukan manusia biasa yang memiliki banyak kelebihan di luar nalar manusia, seperti bisa berjalan di atas air, terbang di udara, bahkan bisa merubah buah aren menjadi emas. Ini seperti apa yang kita ketahui di Film Wali Sanga yang mempunyai banyak kesaktian (Karamah) ketika menyebarkan islam di Tanah Jawa. Klaim ini pun sudah terlanjur berkembang di masyarakat kita, jika tidak menunjukan adanya kesaktian maka dia bukan wali. Padahal sebenarnya, kesaktian-kesaktian itu bisa didapat seperti apa yang kita ketahui yaitu dengan mempelajari “Ilmu Hikmah” di pesantren, dengan mentirakati amalan-amalan khusus semacam puasa, membaca wirid tertentu dengan bilangan tertentu dan lain-lain (Riyadhah). Atau “Ilmu Sihir”, seperti apa yang penulis saksikan di acara televisi, seorang Dedy Corbuzier dan David Copperfield pun bisa berjalan diatas air dan terbang di udara. Dan ini parahnya lagi, ada seseorang “wali” yang ketahuan tidak shalat jum’at di masjid kampungnya, lantaran ia berdalih telah shalat jum’at di Masjidil Haram, Makkah Al-Mukarramah, orang-orang awam pun lantas mempercayai bahwa itu adalah karamahnya.