16 Jul 2018

Mau Lanjut Program Master di Al Azhar University Cairo ? Begini Caranya !



Universitas Al-Azhar Program S2

1. Syarat-Syarat Pendaftaran

a.  Lulusan Al-Azhar
         Syarat-syarat yang diperlulkan oleh mahasiswa S1 lulusan al-Azhar adalah sebagai berikut:
1.  Ijazah Sementara;
2.   Transkrip nilai asli;
3.   Akte Kelahiran asli;
4.   Photo copy paspor;
5.   Pas photo sebanyak 7 lembar;
6.   Surat Permohonan untuk diterima masuk program S2;
7.   Mengisi formulir pendaftaran.



a.Lulusan Non Al-Azhar
Bagi mahasiswa lulusan non al-Azhar yang ingin melanjutkan studi program S2 ke universitas al-Azhar terlebih dahulu melakukan proses akreditasi ijazah S1 yang dimilikinya.

Bagi mahasiswa pemegang ijazah S1 fakultas Syariah dan Ushuluddin UIN/IAIN/STAIN secara internasional telah diakreditasikan oleh universitas al-Azhar sejak tahun akademik 2002/2003, jadi bagi pemegagang ijazah tersebut secara langsung dapat melakukan proses pendaftaran.

Catatan: Sejak tahun akademik 2005/2006, proses akreditasi ijazah dilakukan secara perorangan.

Adapun proses, tempat, waktu dan syarat akreditasi ijazah S1 sebagai berikut:

a.  Photo copy ijazah Aliyah (SMA/MAN dan yang sederajat)
b.  Ijazah asli S1 dan terjemahannya
c.  Trankrip nilai asli S1 dan terjemahannya
d.  Katalog fakultas yang berbahasa Arab yang ditandatangani oleh dekan fakultas
e.  Kurikulum fakultas yang berbahasa Arab
f.   Membayar administrasi proses akreditasi sebesar Le. 500. (lima ratus pound Mesir)
 
Berkas yang telah disediakan seperti yang disebutkan di atas diserahkan ke kantor Bidang Akademik Universitas al-Azhar di kantor Rektorat Nasr City Cairo untuk fakultas non eksakta. Adapun fakultas eksakta, proses akreditasi dilakukan di kantor Majelis Tertinggi Urusan Perguruan Tinggi Mesir. Proses akreditasi bisa dilakukan sepanjang tahun.

Catatan:
1.Seluruh berkas yang disebutkan diatas telah dilegalisir oleh Deplu RI dan kedutaan Mesir di Indonesia
2.Untuk katalog dan kurikulum pada fakultas eksakta boleh berbahasa Inggris 
3.Proses akreditasi biasanya membutuhkan waktu 4-5 bulan, bagi calon mahasiswa atau yang diwakilkan diharapkan untuk aktif mengikuti perkembangan proses akreditasi yang dimaksud melalui kantor akademik

2.  Waktu dan Tempat Pendaftaran
Pendaftaran program S2 di universitas al-Azhar dilaksanakan sepanjang tahun yang bertempat di kantor urusan mahasiswa asing pada Islamic Research Academy al-Azhar di Nasr City. Sedang bagi lulusan S1 Al-Azhar, bisa mendaftar di fakultas masing-masing. Tes masuk baru dilaksanakan 4 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, November dengan materi Al-Quran (lisan dan tulisan).

Untuk mahasiswa wafidinArab lulusan al-Azhar diwajibkan menghafal 8 juz pertama, wafidin non Arab lulusan Al-Azhar diwajibkan mengahafal 4 juz pertama. Sedangkan wafidinnon Arab yang bukan lulusan Al-Azhar diwajibkan menghafal 4 juz terakhir (27, 28, 29, 30).

Hasil tes diumumkan 1 bulan setelah dilakukan tes yang bertempat di bagian program pasca sarjana tiap fakultas. Setelah dinyatakan lulus, proses selanjutnya adalah menghadiri kuliah yang dimulai pada awal bulan Desember.
Baca selengkapnya

Cinta Dunia dan Faktor Kemunduran Umat


عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Lalu seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?”Rasul menjawab ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih yang mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Secara garis besar. ada dua hal yang dapat kita petik dari hadis di atas yang diriwayatkan oleh sahabat Tsauban ra., yaitu faktor kemunduran dan kemajuan Umat. Berikut faktor-faktornya;

Faktor-faktor kemunduran Umat:

1.       Jauhnya keluarga muslim dari sosialisasi keluarga dengan karakter keislaman.
2.       Adanya contoh dan peranan yang tidak baik dari generasi terdahulu kepada generasi penerus. Lingkungan terkecilnya adalah keluarga. Dimana orangtua jauh dari peran dan percontohan yang layak kepada anak-anaknya.
3.       Berkurangnya dakwah sosial di tengah masyarakat seperti perhatian kepada dhuafa, orang-orang miskin, anak-anak putus sekolah dan lainnya.
4.       Perang pemikiran dan candu berupa konten-konten pronografi dan pengedaran narkoba yang dapat melemahkan generasi muda muslim dan bangsa.
5.       Perang media berupa penyebaran dan penggiringan opini public yang bersifat menyerang umat Islam.
6.       Ketidak tahuan dan menjamurnya aliran sesat dalam beragama.
7.       Lemahnya penegakkan hukum dan nilai-nilai luhur keislaman.


Faktor-faktor Kemajuan Umat:

1.       Aqidah : keimanan adalah factor utama kekuatan umat ini. Iman yang kuat akan membawa umat pada persatuan dan memperkuat tali-tali agama Allah, sehingga umat tak mudah goyah dan lekang oleh godaan sesaat.

2.       Keasadarn nurani dan tanggung jawab di hadapan Allah: sebagai muslim dan beriman kepada Allah, kita menyadari benar bahwa setiap tindak-tanduk langkah hidup kita di tiap detik yang berlalu akan dipertanggung jawabkan di hadapannya. Karenanya, kesadaran itu akan menjaga kita dari setiap perbuatan yang tiada manfaat, dan terus memotivasi kita untuk berbuat ibadah. Baik itu ibadah ritual, maupun sosial.

3.       Selalu mengedepankan risalah Islam: apa pun yang akan dilakukan seorang muslim, pandangannya jauh tertuju pada pesan dan nilai-nilai yang di bawa oleh agama Islam. Karena sejatinya, nilai luhur yang ada pada agama Islam tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dan Islam selalu relevan menjadi rujukan setiap orang di setiap tempat dan de setiap waktu.

4.       Ilmu Pengetahuan: sebagai mana dikatakan dalam sebuah riwayat, siapa yang ingin mendapatkan dunia maka harus berilmu. Siapa yang ingin akhirat maka harus berilmu. Ilmu pengetahuan adalah lambing kemajuan suatu bangsa. Siapa yang dapat menguasainya, maka jayalah bangsa tersebut. Tiada yang bertentangan antara ilmu yang terlihat duniawi dengan ilmu yang terlihat ukhrawi. Karena sejatinya ilmu itu akan mengantarkan seseorang pada iman dan tauhid, serta kayakinan bahwa Allah adalah pemilik segalanya.

5.       Mendasari ilmu pengetahuan pada iman dan takwa. Sehingga semakin berkembang dan majunya ilmu, maka semakin meningkatnya iman dan ketakwaan umat.

6.       Berlaku adil: adil adalah lambang kebijaksanaan seseorang. Adil juga merupakan tujuan dari maqashid syariah islamiyah. Itu sebabnya, Allah menyanjung orang-orang yang berlaku adil dengan mendekati pada ketakwaan.

7.       Tidak memonopoli ilmu dan terbatas pada lapisan masyarakat tertentu.

8.       Menghormati para ulama sebagaimana seharusnya.

9.       Kesadaran umat terhadap pesan dan risalah luhur yang di bawa oleh al-Quran dan al-Hadits.

10.   Menolong orang-orang yang lemah dan tertindas serta membantu mereka berhijrah baik dari “negeri kafir” maupun berhijrah dari kondisi hidup yang jauh dari nilai-nilai keislaman.


11.   Berdakwah di jalan Allah tanpa mengharapkan imbalan dan tujuan duniawi lainnya.


Editor: Rizky Ahmad
Baca selengkapnya

15 Jul 2018

Keseimbangan Dalam Ibadah, Seperti Apakah Itu ?


Bagi orang yang beriman dapat merasakan bagaimana manisnya iman. Rasa yang tidak bisa disentuh oleh panca indra, akan tetapi hanya bisa dinikmati oleh hati dengan keyakinan. Karena hati adalah pusat indera bagi iman seseorang. Ketika hati telah yakin maka hilang lah segala bentuk keraguan hingga tiada bertempat di dalamnya. Allah pun membimbing setiap langkahnya, memperbaiki segala amalnya, dikarunia keindahan marifat padaNya, dan dia hidup dalam naungan dan pengawasan Pencipta.

Agar seorang hamba dapat terus merasakan manisnya iman dia harus menjaga satu hal yang sangat penting, yaitu "wasatiyah fil ibadah" atau keseimbangan dalam menjalankan ibadah. Hal ini sejalan  dengan firman Allah dalam surat Albaqarah : 142 bahwa umat nabi Muhammad adalah umat pertengahan, umat yang adil dan tidak berat sebelah.

Diantara keseimbangan dalam beribadah yang merupakan manhaj nubuwah adalah perintah untuk melaksanakan ibadah secara sempurna namun tidak memberatkan mukallaf dengan adanya (taisir) kemudahan dan (rukhsakh) keringanan.

Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dikisahkan ada  tiga orang datang ke rumah istri Nabi saw. mempertanyakan tentang ibadah Nabi saw. Setelah diberitahu, mereka menganggap seakan-akan amal ibadah Nabi itu hanya sedikit dan mereka berkata: Dimanakah tempat kami dibanding Nabi saw. padahal beliau telah diampuni semua dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang? salah seorang di antara mereka berkata: Saya selamanya shalat sepanjang malam. Yang lain berkata: Saya selamanya berpuasa. Yang lain lagi berkata: Saya akan menjauhkan diri dari perempuan dan tidak akan kawin selama-lamanya. Kemudian Rasulullah saw. datang dan bersabda kepada mereka: Kalian tadi berbicara begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling takwa kepada Allah di antara kalian, tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur malam, aku juga mengawini perempuan. (Itulah sunah-sunahku) siapa saja yang benci terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku.

AlQuran juga mempertegas manhaj umat pertengahan agar tidak berlebihan dalam beribadah dengan berinfak  tanpa melampaui batas kemampuan. Bahkan Allah memuji mereka yang menginfakkan hartanya tanpa berlebihan dan tidak juga kikir dengan pujian hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih seperti dalam Q.S Al-Furqan : 67. Sehingga umat termotivasi untuk terus berinfak dijalanNya namun juga tidak berlebihan yang dapat memberatkan diri.

Terakhir, tidak hanya dalam ibadah ritual dan sosial yang mendapatkan perhatian agar seimbang dalam pelaksanaannya, tapi juga dalam hal keseharian seperti makan. Nabi mengajarkan kita agar sederhana dan tidak berlebihan. Dengan makan secukupnya yang dapat menegakkan tulang punggung, atau membagi perut menjadi tiga bagian, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernafas.

Tulisan ini pernah dishare di https://salam-indonesia.com/keseimbangan-dalam-ibadah-seperti-apakah-itu/

Baca selengkapnya