21 Dec 2018

Air dan Perumpamaan dalam Kehidupan


Air adalah salahsatu sumber dan komponen utama yang ada pada manusia. Dan dari air pula Allah menciptakan dunia ini. Sebagaimana yang tursurat di salahsatu ayatnya, وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ "dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air" . Lalu dalam ayat lainnya juga Allah mengumpamakan kehidupan dunia ini dengan air.

Sebagai mana firman-Nya:


.. وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاء
"Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air yang Kami turunkan dari langit..." QS al-Kahfi 45



Kenapa Allah mengumpamakan kehidupan dunia seperti air?

Hal itu dikarenakan:

1. Air itu tidak berdiam di satu tempat, sama seperti dunia yang senantiasa berubah dan tidak bisa tetap dalam satu keadaan.

2. Air senantiasa mengalir habis dan tidak kekal, begitu juga dunia akan binasa dan tidak kekal.

3. Tidak ada seorang pun yang mampu masuk ke dalam air selamanya, begitu juga dunia, tidak ada seorangpun yang mampu bertahan dengan fitnah dunia.

4. Air jika digunakan sesuai kebutuhan maka akan memberi manfaat, tetapi jika berlebihan akan berbahaya. Begitupun dunia.

al-Jami' LiAhkamil Qur'an- karangan Al-Qurthuby ra
Baca selengkapnya

20 Dec 2018

Kebangkitan Islam: Antara Moderat dan Ekstrim

Oleh: Syekh Muhammad al-Ghazali


MESKIPUN berperangai keras dan berperasaan berkobar-kobar, penulis lebih mengutamakan ketenangan dan kelemahlembutan daripada sikap kasar dan serampangan. Penulis menekankan diri pada penggunaan logika (sikap rasional), walaupun terkadang jiwa penulis tak menyukainya. Ini karena penulis menyadari bahwa tujuan final semua ini adalah memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

Beberapa waktu lalu terjadi perdebatan keras antara penulis dan para pemuda aktivis Islam. Dalam diskusi tersebut, penulis berusaha mendengar dan sedikit berkomentar. Baru pada fase terakhir penulis berupaya mengeluarkan pandangan berdasarkan seluruh pngetahuan yang penulis miliki.

Salah seorang aktivis itu mengatakan, "Anda menuduh kami ekstrem, mengapa tidak Anda jelaskan sikap pihak lain dan Anda ungkapkan kepada kami jalan yang ditempuhnya, apakah dia seorang yang moderat atau ekstrem?"
Baca selengkapnya

19 Dec 2018

Catatan Pengaduan

Ilahi...
sampai kapan mata tak kering dari airmata kerinduan?
sampai kapan lidah ini tak lelah merangkai sebuah ungkapan permintaan?
sampai kapan hati ini tak berhenti berharap untuk sebuah pertemuan?
sampai kapan harapan ini hanya sebuah angan-angan tanpa kenyataan?

Ilahi...
sampai kapan diri ini terasingkan seperti ini?
sampai kapan raga ini selalu menyendiri?
dan sampai kapan jiwa ini hampa dari sebuah pertemanan yang berarti, saling memahami dari berbagai segi, dan saling memberikan girah semangat tuk menggapai ridhaMu Rabbi..?

Ilahi...
sampai kapan mata ini  terpejam dari ayat-ayatMu?
sampai kapan diri ini terlengah dari mengingatMu?
sampai kapan raga ini berlemah diri tuk memenuhi panggilanMU? 
dan sampai kapan hamba selalu terbuai dan terlena dengan nikmatMu?

Ilahi...!!
sampai kapan hamba terus-terusan seperti ini?!!
mengeluh tanpa arti!
meminta tak tau diri!
dan mengingkari setiap nikmat yang kau beri!


Ilahi...
mata berlinang.. 
airmata tergenang..
mengharap pengabulan dan ampunan dari Yang Maha Penyayang..


ilahi..
ilahi..
ilahi..


Alex, 08-11-09


*Gubahan ini terinspirasi dari Munajat Hikam Athaillah

Baca selengkapnya

9 Dec 2018

Anjuran Menikah Untuk Para Pemuda

قال  رسول الله صلى الله عليه وسلم ( يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء )

Hadis ini diriwayatkan dari Aimmat al-Hadits ( Imam Bukhari dalam Sohihnya, Imam Muslim dalam Sohihnya, Imam Abu Daud, Attirmidji, Annasa'i, Ibnu majah dalam Sunannya, Imam Ahmad dalam Musnadnya, Addarimi dalam Sunannya, Ibnu Hibban dalam Sohehnya, Attayalisi dalam Musnadnya, Attabhrani dalam tiga Mu'jamnya; al-Kabir, al-Ausath, Assaghir, Abu ya'la dalam Musnadnya, Sai'd ibnu Mansur dalam Sunannya, Abdur Rajaq dalam Musannafnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Musannafnya, Albaihaqi dalam Sunnan al-Kubranya).

Siapakah perawi hadis ini ?

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Alqomah ibnu Qois beliau adalah seorang diantara pembesar tabi’in (orang yang beriman dan melihat sahabat tapi tidak melihat Rasulullah Saw.) beliau lahir disaat Rasulullah Saw masih hidup tapi belum  sempat melihat Rasulullah Saw., beliau banyak meriwayatkan hadis dari Umar ibnu Khattab r.a, Usman r.a, Ali r.a, Hujaifah r.a, Abu Darda r.a, dan Abdullah ibn Mas'ud. Imam Ali ibnu Almadini berkata : orang yang paling tahu tentang Abdulah ibnu Mas'ud adalah Alqomah, Aswad, Ubaidah, dan haris. Dan Ibnu Mas'ud pun pernah berkata : tidak pernah aku membaca sesuatu dan mengajarkanya kecuali telah diketahui Alqomah dan Alqomah pun membacanya serta mengetahuinya. Diantara orang yang mengambil hadis darinya adalah Annukhi, Asya'bi, Salmah ibn Kuhail dan ibnu Sirin. Beliau meninggal setelah 60 th H. Ada yang mengatakan setelah 70 th H di Kufah. (baca maraji : Ruwât at-Tahjîb, al-Ishâbah fî Tamyij ash-Shahâbah, Tahjîb al-Kamâl, Tahjîb at-Tahjîb, Taqrîb at-Tahjîb, Ta'jîl al-Manfa’ah, Lisân al-Mijân, al-Kâsyif, at-Târîkh al-Kabîr, ats-Tsiqât karangan ibnu Hibban Tarikh bagdaad, ats-Tsiqah milik Alijli, al-Jarh wa at-Ta'dîl, at-Ta'dîl wa at-Tajrîh, al-Kâmil fî adh-Dhu’afâ’, Du’afâ’ aluqaili).

Baca selengkapnya

7 Dec 2018

Sesama Muslim Kita Bersaudara

Kita Azhariyyin Kita Bersaudara
Oleh: M. Zainul Majdi

Kita, azhariyyin, adalah saudara. Kita belajar dari sumber ilmu yang sama. Kita juga belajar saling mencintai dan menyayangi dari para guru yang sama. Ilmu, adab dan akhlak kita mata airnya sama. Semoga kita selalu mampu menampung kejernihan itu.

Karena bersaudara, kita harus saling menjaga dan membela, bukan saling mengumpat. Kalau ada perbedaan marilah saling bernasehat dengan baik.

Salah satu cara menjaga adalah berusaha menghindarkan sikap dan perilaku yang memojokkan sesama azhary di ruang publik. Itu sebabnya, saat ada deklarasi terkait dukungan kepada Capres tertentu, saya memutuskan OIAAI tidak berkomentar apapun kepada media walaupun banyak yang bertanya. Saya tidak mau menyempitkan ruang bagi sesama Azhary untuk berkiprah di tengah umat. Saya cukupkan tanggapan sekedarnya di grup internal kita ini. Sejujurnya, saya mendoakan semua azhary yang sedang berikhtiar dalam politik, karena bagi kita politik adalah instrumen dakwah.

Baca selengkapnya

Al-Fatihah vs Al-Fateka, Perlukah Dipertentangkan?

Al-Fatihah vs Al-Fateka, Perlukah Dipertentangkan?
Oleh: Muchlis Hanafi

Al-Qur`an bukan kalam biasa. Ia adalah kalam Tuhan yang harus dimuliakan. Dalam rangka memuliakan Al-Qur`an, para ulama menekankan agar dalam melantunkan bacaan, unsur _fashâhah_ dan _makhraj_ diperhatikan. Untuk itu, ilmu tajwid, yaitu ilmu untuk memperbagus bacaan Al-Qur`an diciptakan. Ratusan, bahkan ribuan kitab tajwid ditulis.

Bahkan, sedemikian pentingnya ilmu tajwid, ulama Al-Qur`an, Ibnu al-Jazari (w.833 H), menyatakan, _’berpedoman dengan ilmu tajwid adalah keharusan. Siapa yang membaca Al-Qur`an tidak dengan tajwid yang benar maka ia berdosa’._ Ini sejalan dengan perintah Al-Qur`an agar membacanya dengan _tartîl_ (QS. Al-Muzzammil/73: 4), yakni membacanya secara perlahan, sehingga huruf-hurufnya keluar dengan jelas sesuai bunyi pelafalannya.
Siapa yang bisa seperti itu terbilang sebagai _al-mâhir bil qur`an_ yang dalam hadis dikatakan ‘akan bersama para malaikat yang mulia’. Bagaimana dengan yang tidak membaca atau melafalkannya dengan baik? Lanjutan hadis menyatakan, “yang membacanya dengan terbata-bata, penuh kesulitan, akan mendapatkan dua pahala; dari bacaan dan usahanya.
Setiap orang punya kondisi berbeda. Jangankan non-Arab yang bukan penutur bahasa Arab, bangsa Arab sendiri punya dialek dan logat bermacam-macam. Bukan hanya saat ini, tetapi saat Al-Qur`an diturunkan, bahkan di hadapan Rasulullah.
Dalam sejarah bahasa Arab klasik, menurut Teimour Pasya (w.1930 M), ditemukan tidak kurang dari dua puluh dialek. Bahkan pernyataan Nabi Saw Al-Qur`an turun dalam _sab`at ahruf_ salah satunya untuk mengakomodir dialek suku-suku bangsa Arab saat Al-Qur`an diturunkan. Di antara suku Arab yang terbesar dan paling berpengaruh adalah Quraisy, Tamim, Asad, Hudzail, Aqil, Thay dan lainnya.
Perbedaan dialek itu bahkan sampai pada tingkat merubah bunyi huruf. Perbedaan itu salah satunya dipengaruhi lingkungan. Dalam sosio-linguistik, suku Tamim, misalnya, simbol kehidupan masyarakat badui pedalaman, sedangkan masyarakat Arab perkotaan ( _hadhariy_ ) diwakili oleh suku Qurasiy dan yang ada di Hijaz.
Dalam melafalkan huruf, suku quraisy dikenal jelas dan cermat. Berbeda dengan Hudzail yang suka berbicara cepat, sehingga bunyi huruf satu dengan lainnya saling bertumpuk. Ini bisa ditelusuri dalam bacaan versi Abu Amr Ibn al-Ala (w.154 H), salah satu dari tujuh bacaan ( _qira`at sab`ah_ ) yang mutawatir. Di kalangan suku Tamim, Asad dan Qays dikenal fenomena bunyi yang disebut _’an`anah_ , yaitu membunyikan huruf hamzah berharakat fathah dengan `ain. Huruf hamzah (أَ) berubah menjadi `ain (ع). Di kalangan suku Hudzail, huruf ha (ح) dibunyikan dengan `ain (ع). Pengaruh dialek Hudzail diakomodir oleh Ibnu Mas`ud, salah seorang Sahabat Nabi, yang membaca ayat _hattâ hîn_ (QS. Yusuf: 12/35) dengan _ ‘attâ ‘în_. Fenomena ini disebut _fahfahah’_. Ada lagi fenomena _al-watm_ yang mengganti bunyi huruf ‘sîn’ dengan ‘ta’. Kata _al-nâs_ dibunyikan menjadi _al-nât_.
Rasulullah dalam beberapa kesempatan mengakomodir perbedaan dialek tersebut. Dalam suatu riwayat, beliau melafalkan huruf `ain berharakat ‘sukun’ (عْ) yang berdampingan dengan huruf ‘tha’ menjadi ‘nûn’. Dalam doa popular, _”Limâ a`thayta”_ menjadi _”limâ anthayta”_” dan _”walâ mu`thiya”_ menjadi _”walâ munthiya”_”. Ulama besar, al-Hasan al-Bashri (w.21 H), diriwayatkan membaca QS. al-Kautsar dengan lafal _”innâ anthaynâkal kawtsar”_. Fenomena ini disebut _al-istintha_ pada kabilah Sa`ad, Hudzail, Azd dan Qays. Dalam kesempatan lain, ‘alif-lam’ (الْ) pada awal kata dibunyikan dengan `am (ام). Ungkapan _”laysa minal birri al-shiyâm fi al-safar”_ (bukan hal yang baik berpuasa di perjalanan) berbunyi menjadi _”laysa min ambirr am shiyâm fi amsafar”_. Fenomena ini disebut _thamthamah_ atau _thamthamaniyah_ pada suku Thay, Azd dan Himyar di selatan jazirah Arab.
Demikian beberapa contoh dialek Arab yang dipengaruhi faktor sosial dan lingkungan. Simplifikasi bunyi ini bisa juga terjadi karena tempat keluar huruf (makhraj) berdekatan, seperti huruf _ha_ dari tengah kerongkongan ( _wasath al-halq_) dan _kaf_ dari ujung lidah bagian dalam setelah kerongkongan sedikit. Meski berbeda bunyi, ahli bahasa bersepakat itu hanya kebiasaan yang tidak memengaruhi makna. Apalagi bukan karena disengaja. Bukankah Tuhan tidak membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang di luar kemampuannya? Kalau begitu, mengapa harus dipertentangkan. Demikian, _wallahua`lam_.
*Penulis adalah Direktur  Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) Jakarta dan Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an (LPMQ) Kementerian Agama RI
Baca selengkapnya