28 Jun 2012

Hot News; Menatap Masa Depan Bumi Para Nabi

Menatap Masa Depan Bumi Para Nabi (Refleksi 1 tahun Revolusi Mesir)
 
                
 Mesir merupakan salah satu wilayah paling penting di dunia. Pernyataan ini bukan merupakan kata-kata asal bicara, namun didukung oleh data dan fakta yang tertulis jelas di atas kanvas sejarah. Allah SWT sendiri mendukung pernyataan ini. Dukungan itu tampak dengan menyebutkan kata “Mesir” bukan hanya satu atau dua kali saja, tapi sebanyak delapan kali di dalam al-Qur’an al-Karim. Di 5 tempat disebutkan secara langsung, dan di 3 tempat disebutkan secara tidak langsung.
                
 Banyak sejarawan muslim yang percaya bahwa Mesir merupakan tempat diturunkannya Nabi Idris. Nabi yang diyakini banyak sejarawan telah mempengaruhi kemunculan peradaban yang maju di  dua sisi sungai nil yang sekarang dikenal dengan Negeri Mesir. Nabi Idrislah yang diyakini telah mengajarkan adanya kehidupan setelah kematian, mengajarkan menjahit, mengajarkan ilmu bintang, mengajarkan tulis menulis, ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Nabi Idris inilah yang membuat Masyarakat di Mesir menjadi masyarakat yang sudah melek ilmu sejak ribuan tahun yang lalu. Benih-benih kemajuan yang ditanamkan oleh Sang Nabi masih bisa kita nikmati keindahannya dari bangunan-bangunan fisik yang ada di mesir dan juga dari perkakas-perkakas peninggalan dinasti-dinasti fir’aun yang sekarang tersimpan di berbagai musium di dunia baik di Mesir, di Prancis, Itali, dan beberapa Negara lain. Salah satu dosen saya bahkan mengatakan bahwa salah satu efek dari kehadiran Nabi Idris adalah rasa ketuhanan yang begitu dalam yang menghiasi kehidupan masyarakat Mesir bahkan hingga hari ini.

                 
Mesir harus diakui sangat kaya akan risalah kenabian. Banyak sejarawan meyakini bahwa Nabi Ibrahim pernah singgah di Mesir. Nabi Ibrahim berdakwah dan kemudian dipertemukan dengan Siti Hajar yang pada akhirnya melahirkan Nabi Ismail, Nabi Ismail inilah yang sering disebut oleh para sejarawan sebagai Bapak Bangsa Arab. Dari silsilah ini kita bisa saja mengatakan bahwa Bangsa Mesir sebenarnya adalah Ibu dari Bangsa Arab. Nabi Ibrahim di kemudian mendapatkan anak pula dari istri pertamanya, Siti Sarah yang bernama Ishaq. Nabi Ishaq inilah yang merupakan nenek moyang dari Bangsa Yahudi.
                 
Mesir juga merupakan tempat kediaman Nabi Yusuf. Nabi Musa juga dilahirkan di Mesir. Guru beliau yang diriwayatkan sebagian ulama bernama Nabi Khidir juga tinggal di Mesir Nabi Isa dan Siti Maryam juga diriwayatkan pernah hidup beberapa lama di Mesir. Luqman Hakim yang namanya diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an yang oleh banyak sejarawan dianggap seorang Nabi juga diyakini tinggal di Mesir. Data-data ini membuat Mesir tanpa diragukan lagi menyandang gelar Bumi Para Nabi. Sebuah gelar yang bahkan tidak berhak disandang Mekkah dan Madinah. Karena hanya Bumi Mesirlah yang memiliki rentetan riwayat risalah dan kenabian begitu banyak.

Mesir dengan kandungan sejarahnya yang kental selalu saja mengundang perhatian kita. Setelah proses revolusi yang berlangsung cukup panjang dan menjadi perhatian media massa dari berbagai penjuru dunia, Mesir kini tanpa terasa telah  melewati satu tahun setelah runtuhnya rezim mubarok. Namun situasi belum juga stabil.

Sampai saat ini kita masih mendapati Lapangan Tahrir masih saja dihiasi dengan kemah yang merupakan pemukiman-pemukiman para demonstran. Majlis Militer dianggap tidak mampu mengatur negara. Rakyat tidak henti-hentinya memprotes agar Majlis Militer segera menyerahkan kekuasaannya kepada parlemen yang baru terbentuk. Kita bisa melihat jelas betapa para demonstran menginginkan penyerahan kekuasaan itu, di salah satu spanduk berwarna merah tertulis jelas "Terima kasih atas buruknya pemerintahan kalian wahai Majlis Militer, segera serahkanlah kekuasaan kepada parlemen". 

CNNArabic dalam berita onlinenya menuliskan salah satu pendapat pemuda Mesir bernama Usamah Ali, seorang insinyur komputer yang mengatakan bahwa Mubarok sebenarnya masih berkuasa, semua itu bisa kita lihat dari banyaknya jumlah orang-orang Mubarok atau yang lebih dikenal dengan “fulul” yang masih bercokol di pos-pos kekuasaan. Dia menambahkan,

Seorang pemuda lain bernama Syadzi Ibrahim mengatakan bahwa sampai saat ini dia belum melihat perubahan sama sekali setelah berlalunya satu tahun revolusi. Dia menambahkan bahwa Majlis Militer sampai saat ini masih belum serius menangani kroni-kroni Mubarok, dan sampai sekarang belum ada “qishash” untuk darah para syuhada yang telah tertumpah dalam Revolusi 25 Januari.

Sementara Mirfat Abdul Latif, seorang pegawai kecil mengatakan kepada CNN berbahasa arab, bahwa Thanthawi sama saja dengan Mubarok, tidak ada perbedaan sama sekali, bahkan lebih parah dari Mubarok, dengan membeberkan kejadian-kejadian di depan kantor Majlis Wuzaro’ juga  tragedi Tahrir dan Maspiro yang sangat jelas penuh dengan kezaliman dari pihak militer. Dia juga menambahkan bahwa kemiskinan semakin bertambah, krisis ekonomi semakin parah, khususnya krisis bensin dan tabung gas. Majlis Militer juga dituduh penuh kebohongan, kezaliman, dan memperlakukan warga dengan perlakuan yang tidak manusiawi.

Salah seorang aktivis Baradai for President mengatakan: “Sesungguh kekuasaan yang sekarang berada di tangan Majlis Militer adalah kekuasaan yang diberikan oleh para revolusioner tahrir, dan mereka harus menyerahkan kekuasaan itu secepatnya”. Dia juga menambahkan bahwa pemilihan presiden harus diadakan sebelum penyusunan undang-undang. Dia mengaku tidak percaya andaikata undang-undang yang baru disusun di bawah pemerintahan yang “pembohong” (yang dimaksud adalah Majlis Militer red).

Seorang pengamat ekonomi bernama Muhsin Adil mengatakan bahwa penyerahan kekuasaan dari Majlis Militer kepada Perlemen (Majlis Sya’b) akan menimbulkan ketidak pastian konstitusi. Karena Parlemen akan mendapatkan dua wewenang sekaligus, kekuasaan eksekutif dan legislativ.

Apa pun yang akan terjadi nanti, kita memang harus menyadari, bahwa perubahan menuju keadaan yang lebih baik adalah hal yang diinginkan oleh seluruh Warga Negara Mesir. Namun kita harus sama-sama menyadari bahwa perubahan itu tidak akan berlangsung cepat, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun semua memerlukan waktu, usaha, dan kesabaran. Dan pada akhirnya, waktu yang akan menjawab semua tuntutan dan harapan.By:Izdiyan

Bagikan

Jangan lewatkan

Hot News; Menatap Masa Depan Bumi Para Nabi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.