28 Jan 2016

Sapa Embun di Penghujung Januari


Beberapa hari ini suhu di kairo lagi turun. Titik terendahnya 6 derajat. Beberapakali ujan. Selebihnya kaca jendela dan tembok berembun. Basah kayak abis disiramin. Dingin. Dinginnya menusuk tulang. Berlindung di balik selimut tebel aja nggak cukukp. Harus ditambah pake jaket tebel biar badan nggak menggigil. Meski udah selimutan dan jaketan, nafas yang berhembus masih kayak corong teko yang di dalemnya aer panas. Ngebul. 

Syukurnya, titik rendah musim dingin yang sekarang nggak kayak musim dingin 2 tahun yang lalu, di penghujung tahun 2013, di mana badai musim dingin menghantam Mesir dan negara-negara timur tengah lainnya. Bahkan, kota Cairo hujan salju untuk pertamakali setelah lebih dari seratus tahun lamanya. Di beberapa sudut kota terselimuti. Selebihnya hanya bisa berharap dibalik layar tv, monitor, juga hape. Namun. 

Mereka yang beratapkan langit dan beralaskan tikar, atau pun tanah. Mereka yang beratapkan parasut di tenda-tenda pengungsian. Menjadi bagian dari cerita duka yang tersisa. Nestapa bertaruh nyawa.

Harusnya. Harus lebih dari sekedar sykur kalo ada kata yang bisa mengungkapkan. Karena tetesan-tetesan embun yang masih menyapa hingga kini. Dalam kebersamaan jiwa dan raga. Hingga dapat mengabadikan mereka dalam sebuah cerita.

Rumah Malaikat, 28 Jan 16
Baca selengkapnya