24 Nov 2022

Kursus Bahasa Arab di Jogja dan Luar Jogja



Kamu lagi galau pengen banget lancar ngaji ? Mau ngerti bacaan #shalat dan bisa cas cuus ngomong bahasa Arab ? 🧐

Nah,. Pas banget liat postingan ini 🤩

Bareng Kak Zia kamu akan dibimbing baca Quran dengan tartil,. memahami arti bacaan sholat, dan juga  jago ngomong bahasa Arab 👨🏻‍🏫 

Kamu bisa pilih waktu yang cocok dan juga pilihan belajar di tempat ataupun via zoom.




Kalo dah nggk sabar yuk kepoin aja yuk langsung via komentar ato klik WhatsApp .🤗

#arabic #Arabicwithziya #digitalmarketing #digitalcitizenship #belajarbahasaarab #bahasaarab #muslim #kampus #yogyakarta #kajianislam #canvadesign #Santri #pesantren #ayomondok #pemudahijrah #viralindonesia #quran #madinah #cairo
 

Baca selengkapnya

11 Oct 2022

Curhat Musim Dingin di Alexandria

Curhat Musim Dingin di Alexandria

Awan membiru

Ombak menderu
Angin berseru
Hujan menyerbu
Aku terkena flu
---haciuh----

samapai kapan semua ini akan berlalu??

ibu..
aku rindu padamu..
aku ingin ada di sampingmu..
disini tak ada yang merawat sakitku..
aku ingin seperti dulu,
saat ku sakit kau buatkan aku susu,
kau peluk dan kau selimuti aku dengan belaian kasih sayang mu.
ibu.. aku ingin pulang buru-buru..
ibu..
i miss u..

02-11-09

(musim dingin kaga betah, musim panas juga samanya.cucian deh lw..!!)Yaa Allah,, Indahnya Alex-Mu.. ^_^

https://m.facebook.com/notes/rizky-ahmad/musim-dingin/175623486775/?refid=21&_ft_=top_level_post_id.175623486775%3Acontent_owner_id_new.1061239540%3Aphoto_id.1108323982580%3Astory_location.9%3Astory_attachment_style.note&__tn__=HH-R

Baca selengkapnya

Kuliner Mesir Favorit dan Marakyat

Haiyaa temen-temen! Ketemu lagi di postingan kuliner ala Mesir. 


Potato

Siapa sih yang nggak kenal potato alias kentang? Makanan berat pengganti nasi juga sebagai lauk pelengkap. Di Mesir, kentang bisa dibilang salahsatu makanan favorit dan paling merakyat kayak falafel. Gampang didapet, murah meriah. Ada banyak macem makanan dan cemilan berbahan dasar kentang. Kayak chipsy, kentang goreng ala kfc dan panee, sayur kentang, dan masih banyak lagi makanan-makanan ala kentang. ;)

Kentang goreng ala kfc





Potato panee


Potato chipsy

Salahsatu produk snack potato chypsi

Mahsyi


Nah, mahsyi ini menjadi ikon makanan tidak hanya di Mesir. Tapi juga di beberapa negara tetangga kayak Syiria, Libanon, Palestina dan Yordan. Ibarat risol dan kue dadar, mahsyi pun demikian. Di Mesir, bahan dasar mahsyi adalah nasi dengan daging giling. Pembungkusnya variatif. Ada yang pake kol, daun anggur, terong, oyong, sampe burung dara. Ngebayanginnya gampang. Temen-temen ganti aja kulit risol ato kue dadar dengan daun anggur, pake kol juga boleh. Terus isinya diganti dech dengan nasi yang udah dicampur daging giling. Abis itu digulung-gulung kayak risol. . . Taraa! Gimana? Udah kebayang kan? Biar lebih oke ngebayanginnya langsung kita liat aja dech foto-fotonya. .


Mahsyi daun anggur

Mahsyi kusa

Mahsyi terong

Mahsyi kol

Hidangan  Mahsyi



Moussaka

Makanan yang berasal dari Yunani dan Turki ini cukup populer dan favorit juga loch di Mesir. Bahan utama Moussaka berupa terong dan tomat. Ditambahkan kentang, daging cincang dan keju. Selain terbuat dari bahan yang relatif mudah didapat, perpaduan lembut tekstur dan rasa khas dari terong bersama daging begitu menggugah selera dengan rasa cenderung oriental khas lidah Indonesia. Pokoknya nyesel dech kalo nggak nyoba! :D



Tursi / Acar


Jenis makanan ini pasti nggak asing buat temen-temen. Konon tursi ini berasal dari Iran, artinya rasa asem. Karena makanan ini memang rasanya asem.
Baca selengkapnya

Ya Rasulallah ! Kami Rindu Menjadi Pengikutmu

Yaa Rasulallah.. kami bahagia menjadi pengikutmu !!

kau manusia terbaik yang pernah ada di muka-bumi ini
kau tercipta bebas dari cacat seakan-akan kau tercipta sesuai dengan kehendakmu
kau kekasih pilihan di antara rasul-rasul pilihan
namamu tak pernah disebut langsung dalam khithab mukhathabah kalamNya sebagai penghormatan padamu
seperti itulah Sang Pemberi risalah mengajarkan kami bertata-krama padamu wahai sang penyampai risalah

kau junjungan pilihan termulia diantara pilihan-pilihan mulia
Yang Mahamulia menamaimu dengan sebuah nama yang tak pernah ada sebelummu
sebuah nama pilihan dan sangat pantas untuk kau sandang

akhlakmu terukir dengan indah dan abadi di dalam kitabNya yang mulia
dia menamaimu dengan ar-Ra'uf dan ar-RahimNya yang terlantun indah dalam AsmaNya al-husna

Yaa Rasulallah.. kami bahagia menjadi pengikutmu..
kau manusia terbaik yang pernah ada di muka-bumi ini

Allahumma ahyinaa mutamassikiina bisunnatihii wa thaa'atih !
-shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam-

Rabu, 12 agustus 2009 di aula masjid 'Amr bin 'Ash, Alexandria

Catatan asli disini

Baca selengkapnya

10 Oct 2022

Pendidikan Karakter Menurut al-Ghazali


Karakter Santri Ideal Menurut Perspektif Kitab Ayyuhal Walad

Seruan untuk menghidupkan kembali warisan pendidikan Islam merupakan faktor penting dalam kebangkitan komprehensif bagi umat Islam - jika bukan faktor pertama - karena renaisans pendidikan yang diharapkan adalah pengaruh efektif yang mendorong terjadinya renaisans ilmiah, sosial dan politik. Oleh karena itu berkiblatnya umat Islam pada teori dan aturan pendidikan dari luar ajaran Islam dalam sistem pendidikan Islam itu sendiri adalah hal yang memprihatinkan. Sebab ini merupakan indikasi ketergantunan dari rayuan komprehensif yang masih diderita masyarakat kita sampai sekarang.

Seruan itu adalah tagline besar yang mencakup teori pendidikan, psikologi dan pengalaman-pengalaman generasi terdahulu di bidang ini karena tidak mungkin peradaban yang makmur itu ada tanpa landasan pendidikan, lembaga, dan sistem pendidikan. Kembalinya umat ini ke warisan Pendidikan Islam klasik bertujuan menelusuri ide dan gagasan yang hingga kini masih relevan, bukan pula berarti kita terjebak di masa lalu. Kembalinya umat Islam ke warisan pendidikan Islam membuat kita menapaki jalan tanpa kekosongan laiknya umat yang baru lahir dan minim pengalaman, tetapi kita berjalan dengan arahan pengalaman dan kemajuan generasi terdahulu. Sehingga kita akan lebih percaya diri sebagai sebuah bangsa dan umat dalam menerapkan konsep pendidikan dan psikologi yang kita miliki, serta merupakan bagian otentik dari budaya kita.

Turats, dengan demikian ditransformasikan dari fungsi yang diturunkan pendidikan kepada generasi muda di masa lalu hingga menjadi menjadi sumber utama berupa ide, prinsip dan nilai yang relevan yang dapat kita ambil untuk membangun kembali sistem Pendidikan, menentukan program, rencana dan tujuannya. Penelitian di bidang karakter santri ideal merupakan hal penting dalam warisan pendidikan Islam. Hal itu dikarenakan problematika yang dihadapi dunia pendidikan saat ini telah terkontaminasi budaya asing dan jauh dari nilai-nilai ajaran Islam.

Imam “Al-Ghazali”  ( 450 AH - 505 AH / 1058 M - 1111 M) adalah salah satu pelopor warisan pendidikan Islam. Ide-idenya menjadi perhatian di berbagai studi, penelitian, diskusi panel dan bunga rampai. Hal ini dikarenakan relevansi teori dan gagasan pendidikannya yang kuat jika disandingkan dengan banyak sudut pandang pendidikan kontemporer saat ini. Buku “Ayyuhal Walad” (Wahai Ananda:red) adalah pesan yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali yang berjumlah dua puluh enam pesan. Pada buku tersebut tertulis nasehat, ide dan pandangan Imam Ghozali yang mencakup solusi untuk sejumlah problematika pendidikan kontemporer saat ini; krisis etika, krisis penelitian ilmiah, krisis tujuan dan krisis filsafat pendidikan.

Karakter Santri Ideal

Empat pesan utama yang disampaikan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Ayyuhal Walad. Pertama aspek akidah yaitu akidah yang lurus dan tidak melenceng. Kedua aspek akhlak vertical atau hubungan hamba dengan Allah (hablun minallah), pertaubatan yang tulus (taubatun nasuh) dan tidak kembali pada perilaku tercela (la tarji’u ba’dahu ilaz zallah). Ketiga aspek akhlak horizontal (hablun minannas). Dan keempat aspek ibadah atau fikih (Iqtida’ asy-syar’i).

Aspek Akidah

Pembahasan akidah menjadi pesan dominan dalam kitab “Ayyuhal Walad”. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk akidah yang lurus (اعتقاد صحيح ) dan tidak melenceng (لا يكون فيه بدعه). Akidah yang lurus dan tidak melenceng adalah akidah ahlussunnah wal jamaah yang mengikut pendapat Imam Asy’ari dan Maturidi. Penanaman akidah yang kuat dalam diri santri adalah hal terpenting yang ditekankan pada buku ini.

Dalam membentuk akidah yang lurus, Imam Ghazali mengacu pada konsep-konsep penting seperti konsep ‘ubudiah (penghambaan) dan tawakkal. Ubudiah mencakup tiga hal; pertama menjaga perintah agama. Kedua rela dengan ketetapan dan takdir Allah, rela dengan apa yang telah Allah tentukan, dan ketiga meninggalkan kepuasan diri sendiri (ترك رضاء نفسك) dalam menggapai keridhaan Tuhan. Sedangkan tawakkal yakni percaya kepada Allah dengan apa yang telah Dia janjikan. Tawakal juga berarti percaya bahwa apa yang telah ditetapkan untuk hambaNya pasti akan datang bahkan ketika semua orang di dunia berusaha untuk menghalanginya. Demikian pula sebaliknya hal-hal yang tidak tertulis atau ditetapkan untuk hambaNya tidak akan didapat bahkan jika seluruh dunia membantunya.

Bentuk tawakkal yang disebutkan Imam Ghazali adalah bahwa seseorang tidak mempermalukan dirinya sendiri dihadapan siapa pun demi mendapatkan rezeki. Imam Ghazali mencontohkan nasehat dari Al-Shibli bahwa jika kita melihat orang berusaha keras untuk mencari makan dan penghidupan sampai ia jatuh ke dalam hal yang syubhat dan haram serta merendahkan dirinya sendiri dan kemuliaannya, maka hendaknya merenungkan firman Allah: 


﴿ وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ﴾ [هود : 6]

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”

Kemudian Akupun menyadari bahwa rezekiku semua sudah diatur oleh Allah hingga aku menyibukkan diri dengan beribadah dan taat kepada-Nya.

Perihal ketakwaan Imam Ghazali merujuk pada nasehat dari Al-Shibli, “Aku melihat sebagian orang yang mengira bahwa kehormatan dan kebanggaan mereka adalah memiliki banyak pengikut dan sanak saudara, lalu dia tertipu oleh semua itu. Sebagian orang yang lain percaya bahwa kehormatan dan kemuliaan adalah  memiliki banyak harta dan keturunan, lalu mereka berbangga diri. Sebagian kelompok lagi percaya bahwa kemuliaan didapat dengan cara merampas harta orang lain dan membunuhnya. Ada juga kelompok orang yang percaya bahwa kemuliaan didapat dengan cara berpoya-poya dan menghamburkan harta.”

Maka aku merenungkan firman Allah:  إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ.  Akupun memilih takwa sebagai kemuliaan, Adapun yang mereka percaya dan yakini semua itu adalah batil.

Aspek Akhlak Vertical (Hablun minallah)

Sudah sepatutnya seorang santri memberikan perhatian atas hubungannya dengan Tuhannya. Pada aspek ini Imam Ghazali menuliskan tentang pertaubatan yang tulus, dengan tekad tidak akan melakukan perbuatan tercela kembali. Santri juga dapat mengelola waktu dengan baik, yaitu menggunakan waktu malam untuk produktivitas keilmuan, ibadah,  menghidupkan sepertiga malam untuk qiyamullail, dan bermunajat.

Bentuk lain menjaga hubungan dengan Allah yang dicontohkan Imam Ghazali adalah dengan memperbaiki niat. Karena niat menjadi pondasi vital bagi santri di setiap aktivitasnya. Ketika santri belajar tiap malam hingga waktu tidurnya berkurang, namun tujuan utamanya adalah kesenangan dunia, meraih pangkat dan jabatan, serta berbangga-bangga dihadapan orang lain, maka dia tergolong santri yang rugi. Oleh sebab itu, niat dalam belajar sepatutnya untuk menghidupkan ajaran Nabi Muhammad SAW, mengendalikan hawa nafsu, dan mendidik akhlak.

Mengamalkan ilmu menjadi karakter yang tidak dapat dipisahkan bagi santri dan kaitan hubungannya dengan Allah. Karena ilmu adalah amal, ilmu yang tidak diamalkan adalah sia-sia. Ilmu, menurut Imam Ghazali adalah wasilah yang mengantarkan seorang hamba pada ketaatan. Oleh sebabitu, Ibadah wajib menjadi argument yang jelas tentang wajibnya mengamalkan ilmu dan beramal dengan ilmu.


Aspek Akhlak Horisontal (Hablun minannas)

Dalam pesan singkat yang ditulis pada buku “Ayyuhal Walad”, Imam Ghazali menuliskan delapan nasehat, empat nasehat untuk di lakukan, dan empat nasehat lainnya untuk ditinggalkan. Nasehat yang pertama hindari perdebatan. Karena perdebatan dapat menimbulkan sifat tercela seperti riya, dengki dan permusuhan. Nasehat yang kedua hindari menasehati orang lain kecuali dengan mencontohkan dan memberikan teladan. Karena memberi nasehat adalah perbuatan mulia, namun demikian, memberi nasehat akan menjadi bencana jika tidak diiringi dengan prilaku yang sesuai. Nasehat yang ketiga jauhi bergaul dengan penguasa. Jika situasi demikian tidak dapat dihindari, maka hindari melakukan pencitraan untuk mereka, dengan cara tidak memuji atau menyanjungnya. Nasehat yang keempat: tidak menerima gratifikasi atau hadiah dari penguasa meskipun hadiah yang diberikan itu bersumber dari yang halal.

Adapun empat nasehat lainnya, menjadi karakter santri sebagai berikut, pertama: bermuamalah dengan Allah dengan cara yang Allah suka dan ridha, bukan dengan cara yang kita inginkan. Hal ini karena berkaitan dengan perintah agama dalam menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan. Kedua: Berinteraksi dan perlakukan orang lain seperti kita ingin orang lain perlakukan kita. Sebagaimana pesan baginda Nabi “tidak sempurna iman seorang hamba sampai dia mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri”. Ketiga: Mengutamakan ilmu yang membawa pada perbaikan hati dan penyucian jiwa, mengenali sifat-sifat yang ada dalam diri, dan menjauhi diri dari keterikatan dunia. Demikian juga ilmu yang mempererat hubungan santri dengan Allah, dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji  Keempat: Ridha dengan kecukupan, yaitu dengan tidak disibukkan urusan dunia untuk kebutuhan primer lebih dari setahun.

Aspek Ibadah atau Fikih

Jalan seorang santri terikat dengan Al-Quran dan Sunnah. Setiap aktivitas ibadah, baik itu perkataan dan perbuatan, harus sesuai dengan petunjuk syara. Oleh sebab itu, ilmu dan amal yang tidak sesuai dan mengikuti syara adalah melenceng dari petunjuk yang benar. Oleh sebab itu, pengetahuan santri akan dasar-dasar ajaran agama seperti rukun iman dan islam menjadi wajib. Demikian juga pengetahuan yang membantu terlaksananya kewajiban dengan baik dan benar seperti mengetahui syarat sah dan rukun shalat, hal-hal yang membatalkan shalat, dan lainnya.

Demikian rangkuman ini ditulis, dan menjadi referensi karakter santri ideal menurut perspektif kitab Ayyuhal Walad. Wallah a’lam. Wal hamdulillah.



Gamping, Sleman DI Yogyakarta, 

Pkl 1.29 AM

6 Oktober 2022

Ziaulhaq Usri

Baca selengkapnya

30 Sept 2022

Cara Membuat Katalog dan Balasan Cepat di WA Bisnis agar Penjualan Melejit 700%


Halo Sobat Entrepreneur, wirausaha dan UKM. Di postingan ini kita akan membahas tentang WA bisnis dan optimasi penggunaannya untuk tingkatkan konversi pembeli.

Nah, tentunya udah pada nggak asing lagi kan dengan aplikasi chatt yang satu ini ?! Iya, WA Bisnis. Sodaranya WA chatt biasa yang banyak digunakan buat komunikasi sehari-hari. Tapi khusus yang WA bisnis, dari namanya aja udah kebayang dunk, aplikasi chatt bisnis, banyak fitur ajaib yang disediakan buat para entrepreneur, nih.

Nah, gimana cara gunain dan optimalin penggunaan WA bisnis untuk usaha kita ? Langsung aja yuk kita tonton videonya.



Klik linknya di https://youtu.be/WTJX0K_0NGk

Selamat menonton, semoga memotivasi ^_^

#WhatsApp #UKMIndonesia.id #KampusUKM #GoDigital #DigitalTransformation #DigitalMarketing #PemasaranDigital #Penjenamaan #Branding


Baca selengkapnya

14 Sept 2022

GNLD 2021: Berpikir kritis, Cara Aman Melawan Ujaran Kebencian


Warganet Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Microsoft pada 2020 menjadi penduduk digital yang tak ramah se-Asia Pasifik. Faktor penyebabnya datang dari berbagai hal, termasuk banyaknya penyebaran hoaks hingga ujaran kebencian. Hal ini tentu menjadi concern untuk diperbaiki, salah satunya dengan memahami literasi digital. 

Literasi digital saat ini juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia, dan tengah disosialisasikan melalui kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Program nasional ini ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang cakap menggunakan teknologi informasi dan komunikasi di era perubahan teknologi digital. Literasi digital yang diusung mencakup empat pilar: digital culture, digital ethics, digital safety, dan digital skill. 

Kegiatan webinar tersebut salah satunya yang digelar pada Selasa (27/7/2021) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dimas Satria (MC) memandu jalannya acara dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang cakap pada bidangnya: Zain Handoko (pengajar pesantren Aswaja Nusantara), Tauchid Komara (dosen UGM Yogyakarta), Ziaulhaq Usri (pengajar Global Islamic School 3 Yogyakarta), Aulia Putri Juniarto (Kaizen Room). Juga hadir Fajar Gomez (tv presenter) sebagai key opinion leader dalam diskusi.

Dari perspektif keamanan digital atau digital safety, Zain Handoko, mengatakan, kecakapan keamanan digital penting agar menciptakan keamanan dan kenyamanan saat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi digital. Sebab media sosial banyak ditemui perilaku ujaran kebencian yang menyakiti pengguna lainnya. 

“Keamanan digital meliputi pengamanan pada perangkat keras dan piranti lunaknya serta pengamanan identitas diri, dapat mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak, juga memahami keamanan digital bagi anak. Pengamanan ini penting agar aman dan nyaman bagi, antar, dan antara pengguna media digital,” jelas Zain. 

Ujaran kebencian menjadi topik yang sangat dekat dalam interaksi di media sosial. Ujaran yang mengandung kebencian, menyerang, berkobar-kobar yang dimaksudkan untuk menimbulkan dampak tertentu itu dapat memicu orang melakukan kekerasan, menyakiti orang maupun kelompok lain.  

Bentuk ujaran kebencian atau penghinaan dapat berupa pencemaran nama baik, seperti hoaks dan penistaan, atau perbuatan tidak menyenangkan seperti memprovokasi. Ia mencontohkan kasus yang dialami tokoh agama Gus Muwafiq dalam kasus ujaran kebencian berupa potongan video yang disorotkan pada penghinaan nabi. 

Kasus ini berbuntut sangat panjang dan dapat dipelajari bahwa dalam membagikan informasi haruslah lengkap agar tidak menimbulkan persepsi yang salah. Sebab, konteksnya dalam video itu Gus Muwafiq bercerita tentang masa kecil nabi yang sebenarnya tidak berbeda dengan anak kecil pada umumnya.

“Maka langkah menghadapi ujaran kebencian adalah dengan berbicara soal toleransi, menghargai perbedaan, mengoreksi persepsi yang salah, menjelaskan risiko perbuatan menyimpang, dan berpikir kritis dalam menyikapi suatu informasi,” jelas Zain kepada 200-an peserta diskusi. 

Di sisi lain, Ziaulhaq Usri menambahkan, sebagai warga Indonesia dan warganet hendaknya menanamkan budaya Pancasila baik di kehidupan nyata maupun dunia maya. Sebab di dalam Pancasila sudah terangkum nilai-nilai kebaikan yang dapat menghindarkan dari perilaku tidak baik. 

“Menanamkan cinta kasih dan menghargai perbedaan, memperlakukan orang lain dengan adil, mengutamakan kepentingan Indonesia, demokratis dan  bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis,” jelas Ziaulhaq. 

Literasi digital mengajarkan kita untuk dapat bertindak dan berpikir kritis, mampu menyaring informasi.  Menghindari unfollow atau unfriend untuk menghindari echo chamber dan filter bubble, serta bergotong royong mengkampanyekan literasi digital. 

“Karena you are more amazing than you think. Ketika kita sudah punya pola pikir yang bagus dan kritis maka tanamkan itu dalam diri tidak perlu sungkan selama itu baik dan bermanfaat,” pungkasnya. (*)

Sumber dari sini

Baca selengkapnya
GNLD 2021: Menjadi Pelopor Masyarakat Digital

GNLD 2021: Menjadi Pelopor Masyarakat Digital

Pemalang – Transformasi digital memberikan lanskap baru di banyak lini kehidupan, mulai dari sisi sosial dalam bermasyarakat, pendidikan, pekerjaan, hingga hiburan. Transformasi digital harus dipandang sebagai satu peluang besar yang harus dioptimalkan dan dihadapi dengan berbagai persiapan, salah satunya dengan memahami literasi digital. Tema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital” kembali dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Rabu (1/12/2021). 

Bunga Cinka (TV Journalist) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Ziaulhaq Usri (Pengajar di Global Islamic School Yogyakarta), Ragil Triatmojo (Blogger), Ismita Saputri (Co-founder Pena Enterprise), Joko Priyono (Fasilitator Gerakan Literasi). Serta Sheila Siregar (Public Relation) sebagai key opinion leader.  Tema diskusi dibahas narasumber dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital skill, digital safety, digital culture, digital ethics.
Joko Priyono menyampaikan bahwa transformasi digital telah mempengaruhi perubahan pola budaya masyarakat. Hiruk pikuk informasi dan segala aktivitas di ruang digital perlu dipahami sebagai kerangka untuk terus melakukan kebaikan. Dalam dunia pendidikan, digitalisasi memudahkan sarana belajar dalam kondisi pandemi. Pun dalam bidang pekerjaan, digitalisasi memunculkan berbagai peluang pekerjaan baru. 

Perubahan budaya yang baru tersebut perlu dipahami dengan meningkatkan kecakapan literasi digital sebagai bekal bagi sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya teknologi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai luhur. Kecakapan literasi digital yang bagus itu tidak sebatas mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab akan berbagai dimensinya. 

Kompetensi cakap digital terdiri dari kecakapan secara kognitif, yaitu memahami konsep dan mekanisme kecakapan digital terhadap upaya adaptasi di dunia digital. Kecakapan afektif yaitu kesadaran dalam diri mengenai kebutuhan dan hak digital yang disertai tujuan bersama dalam membangun sistem dunia digital. Serta kemampuan psikomotorik atau langkah praktis dan teknis terkait kemampuan dan kecakapan dalam dunia digital. 
“Dalam proses adaptasi, kecakapan digital memiliki output menjadikan diri semakin produktif. Teknologi buka penghambat melainkan mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan praktis,” ujar Joko Priyono. 

Misalnya pemanfaatan teknologi sebagai sarana jurnalisme warga atau berbagi informasi yang bermanfaat. Atau pemanfaatan teknologi untuk kewirausahaan, mengelola platform digital sebagai sarana dalam membaca peluang bisnis, promosi produk dan jasa. 

“Yang perlu dilakukan adalah dimulai dari diri sendiri, memilih perangkat sesuai kebutuhan, menggunakan aplikasi sesuai prioritas. Mendorong diri untuk lebih produktif dan mengedukasi.  Membekali diri untuk selalu waspada dan kritis,” jelasnya.

Disisi lain Ziaulhaq Usri mengatakan bahwa pandemi mempercepat transformasi digital, terbukti dari meningkatnya pengguna internet yang 15 kali lebih banyak dibandingkan kenaikan populasi penduduknya. Maka keterampilan yang mesti diasah untuk menjadi penggerak literasi digital adalah dengan melatih cara berpikir kritis dalam menghadapi informasi, melatih komunikasi di ruang digital, saling berkolaborasi, serta berpikir kreatif dan inovatif. 

Kecakapan digital juga harus didukung dengan budaya digital yang baik. Caranya dengan turut berpartisipasi menjadi warga yang memanfaatkan teknologi untuk mendukung berbagai aktivitas. Serta beradaptasi dengan menjadikan budaya lama menjadi budaya baru, dari cara konnvensional bergeser ke ruang digital. 

“Dalam membentuk budaya digital yang baik tersebut maka penguatan karakter kebangsaan penting untuk dilakukan, caranya dengan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika pada aktivitas digital. Menggerakkan perilaku “cintai produk dalam negeri” sebagai bentuk dukungan dan melestarikan budaya,” jelas Ziaulhaq Usri. 

Lalu sebagai pelopor masyarakat digital, warganet perlu membudayakan saring sebelum sharing. Mempertimbangkan nilai kebenaran suatu informasi dengan melakukan verifikasi dan evaluasi, menimbang nilai kemanfaatan dan kepentingannya. Serta menghargai hak-hak digital pengguna lainnya. (*)
Baca selengkapnya
GNLD 2021: Menjadi Warganet Yang Ber-Akhlak

GNLD 2021: Menjadi Warganet Yang Ber-Akhlak

KONTAN.CO.ID - Kabupaten Pandeglang, 8 September 2021 Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema "Menjadi Warganet Yang Ber-Akhlak". Webinar yang digelar pada Rabu, 8 September 2021 di Kabupaten Pandeglang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ziaulhaq Usri, Lc. - Teacher at Global Islamic School 3 Yogyakarta, Devi Adriyanti - Penulis dan Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, H. Lukmanul Hakim, M.Si. - Kepala Kemenag Kota Serang dan Meidine Primalia, Kaizen Room.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ziaulhaq Usri membuka webinar dengan mengatakan, dalam menggunakan media digital, diperlukan literasi digital.

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

"Sementara budaya digital, merupakan suatu cara hidup yang baik, dilestarikan, dan diwariskan pada konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Menjadi warga digital yang berakhlak yakni berpikir kritis, meminimalisir echo chamber dan filter bubble, gotong royong kolaborasi kampanye literasi digital," tuturnya.

Devi Adriyanti menambahkan, media informasi yang terbuka luas menyebabkan semua orang bisa mengetahui apa yang terjadi di luar sana, tapi perlu diingat bagaimanapun harus membatasi Informasi.

"Caranya dengan cermati dan perhatikan judul berita, jika ada berita yang mengandung provokasi segera baca dengan cermat dan teliti isi berita lalu renungkan. Beralih pada berita yang sumbernya terpercaya dan akurat," tuturnya.

Selain itu, pilihlah sumber informasi yang sifatnya resmi dan ditulis oleh orang yang terpercaya dan mumpuni dalam keilmuannya. Pilihlah kata- kata yang sangat santun untuk mengkritik dan melawan argumentasi yang tepat kepada warganet yang berbeda pendapat dengan kita. M

Bermedia sosial kita tidak berhadapan dengan manusia sebagaimana di dunia real. Setiap orang yang bermedia sosial punya pengalaman dan perspektif yang berbeda, kalau sedang emosi, jangan ikut komentar dan posting sesuatu yang memicu konflik, hindarkan perdebatan di kolom chat atau komentar, karena perdebatan di dunia digital hanya memperumit masalah.

"Jika informasi berasal dari sumber terpercaya, maka dia layak dijadikan pegangan. Jika tidak, maka saring dan pilah informasi itu dengan mencari informasi pembanding (tabayyun). Berhadapan dengan berita yang begitu banyak dan beragam, nurani adalah timbangan utama," jelasnya.

H. Lukmanul Hakim turut menjelaskan, setidaknya ada tiga prinsip mengunggah konten di sosial media, yakni tidak merugikan diri sendiri, tidak merugikan orang lain, dan tidak melanggar hukum.

"Konten yang merugikan diri sendiri yaitu berkeluh kesah tentang hidup, membuka aib diri sendiri, keluarga, atau kerabat, mengunggah konten kekerasan, mengunggah kabar, berita, isu, yang belum jelas kebenarannya," tuturnya.

Menurutnya, memposting hal-hal negatif akan mempengaruhi psikologis dan menjadi manusia yang berpandangan negatif. Media sosial atau jejak digital Anda tidak akan pernah bisa dihapus dan akan menjadi catatan sejarah bagi masa depan Anda.

Sebagai pembicara terakhir, Meidine Primalia menjelaskan, media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual.

"Kebebasan berpendapat dibatasi oleh hak-hak orang lain untuk diperlukan secara layak dan adil, hak-hak setiap orang untuk menempati ruang publik yang beradab dan menyejukan. Kebebasan berpendapat yang tanpa etika dan sikap hormat kepada orang lain akan melahirkan anarki," pesannya.

Adapun cara berekspresi di media digital yakni jangan asal posting, tak perlu detail mencantumkan informasi, jaga privasi anda, jaga etika, selalu waspada dan jangan langsung percaya, filter akun-akun yang diikuti.

Dalam sesi KOL Suci Patia, dampak positif internet adalah lebih bisa memanfaatkan sosial media untuk personal branding dengan konten- konten yang positif dan yang bermanfaat untuk orang sekitar.

"Untuk dampak negatifnya juga banyak tetapi balik lagi ke diri sendiri agar lebih bisa memilih milih konten-konten yang pantas untuk dikonsumsi dan yang tidak. Masyarakat harus teredukasi dan memahami literasi digital dalam berdigital," katanya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Revita menanyakan, bagaimana etika dan etiket yang baik dalam mengatasi mindset serta kebiasaan buruk seperti itu agar tidak menular dan ditiru orang lain?

"Kita memang diberikan kebebasan berekspresi tetapi bukan berarti kita tidak beretika. Jika kita tidak memiliki etika kebebasan itu tidak bisa dipegang sehingga kita menjadi orang yang tidak punya prinsip dan dapat merugikan orang lain. Sebelum kita berbagi dan berekspresi alangkah lebih baiknya kita berpikir dulu apakah hal tersebut bermanfaat dan positif atau tidak," jawab Devi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.

Sumber dari sini 

Baca selengkapnya

17 Mar 2022

Melihat Kesucian Anjing dari Lintas Mazhab



Anjing adalah hewan yang yang jinak, lembut dan dapat dilatih untuk membantu sang pemilik melakukan sesuatu. Seperti hewan-hewan peilharaan lainnya, secara umum, anjing dapat dijadikan teman bermain yang lucu dan juga patuh.

Namun perbedaan pendapat dikalangan ulama terkait kesucian dan kenajisan dari hewan tersebut menjadi persoalan lain yang perlu diedukasikan kepada sementara orang, karena pandangan orang umum dalam melihat kenajisan anjing dapat menyebabkan hewan tersebut hidup dalam ancaman dan jauh dari welas asih. Lalu bagai mana kita melihat anjing sebagai makhluk hidup serta pandangan ulama tentang kesucian dan kenajisannya ?

Pertama, para ulama berbeda pendapat tentang najisnya anjing, apakah seluruh tubuhnya dan yang bersumber dari hewan tersebut, ataukah hanya sebagian saja ? Mazhab Hanafi dan Hambali dalam hal ini pada salah satu pendapatnya mengatakan Anjing itu suci, kesucian yang meliputi anggota tubuhnya. Tetapi air liurnya, keringet, air mata, dan segala yang lembab yang bersumber dari tubuhnya, serta bekas-bekas yang tersisa dari makanan dan minumannya adalah najis.

Berbeda dengan mazhab Maliki, mereka berpendapat bahwa anjing itu suci, baik itu tubuhnya, air liurnya, cairan-cairan atau lendir yang datang dari tubuhnya seperti keringet, air mata, ataupun ingusnya, semuanya adalah suci. Namun perbedaan pendapat terjadi dikalangan internal mazhab maliki tentang bulu anjing, apakah bulu anjing suci atau najis, sementara pendapat mengatakan bulu anjing itu suci.

Sedangkan dalam hal ini, mazhab Syafii dan mazhab Hambali yang masyhur berpendapat tubuh dan air liur anjing adalah najis.

Dari perbedaan pendapat para ulama di atas tentang kesucian dan najisnya anjing, ada hal-hal yang perlu diperhatikan:

- Adanya anjing disuatu tempat tidak serta merta menghukumi tempat tersebut menjadi najis jika tidak ditemukan sesuatu yang diyakini kenajisannya

- Menyentuh bagian tubuh anjing yang kering dengan sesuatu yang kering, baik itu dengan badan, atau pakaian, tidak serta merta membuatnya jadi najis.

- Sementara orang menganggap bahwa kenajisan anjing dapat membatalkan wudhu jika menyentuhnya. Ada perbedaan antara kotoran atau najisnya sesuatu jika dia mengenai suatu tempat maka tempat itu harus disiram dan dibersihkan, dan antara wudhu yang bisa batal karena sebab yang telah diketahui namun bukan karena menyentuh najis.

Kesimpulan: Jika seseorang telah berwudhu lalu dia menyentuh atau terkena bulu anjing maka wudhunya tidak batal. Jika seseorang terkena air liur anjing atau cairan/lendir seperti ingus atau keringat, ulama berbeda pendapat dalam hal tersebut, apakah bagian yang terkena liur anjing itu suci atau tidak. Dalam kasus yang kedua, orang tersebut dapat mengikuti atau bertaklid dengan pada Mazhab Maliki yang berpendapat anjing itu suci. Pendapat itu juga yang menjadi rujukan kuat dalam fatwa yang ada.

Wallahu a'lam


Sumber: Syekh Majdi Asyur dengan penyesuaian

Baca selengkapnya