30 Sept 2022

Cara Membuat Katalog dan Balasan Cepat di WA Bisnis agar Penjualan Melejit 700%


Halo Sobat Entrepreneur, wirausaha dan UKM. Di postingan ini kita akan membahas tentang WA bisnis dan optimasi penggunaannya untuk tingkatkan konversi pembeli.

Nah, tentunya udah pada nggak asing lagi kan dengan aplikasi chatt yang satu ini ?! Iya, WA Bisnis. Sodaranya WA chatt biasa yang banyak digunakan buat komunikasi sehari-hari. Tapi khusus yang WA bisnis, dari namanya aja udah kebayang dunk, aplikasi chatt bisnis, banyak fitur ajaib yang disediakan buat para entrepreneur, nih.

Nah, gimana cara gunain dan optimalin penggunaan WA bisnis untuk usaha kita ? Langsung aja yuk kita tonton videonya.



Klik linknya di https://youtu.be/WTJX0K_0NGk

Selamat menonton, semoga memotivasi ^_^

#WhatsApp #UKMIndonesia.id #KampusUKM #GoDigital #DigitalTransformation #DigitalMarketing #PemasaranDigital #Penjenamaan #Branding


Baca selengkapnya

14 Sept 2022

GNLD 2021: Berpikir kritis, Cara Aman Melawan Ujaran Kebencian


Warganet Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Microsoft pada 2020 menjadi penduduk digital yang tak ramah se-Asia Pasifik. Faktor penyebabnya datang dari berbagai hal, termasuk banyaknya penyebaran hoaks hingga ujaran kebencian. Hal ini tentu menjadi concern untuk diperbaiki, salah satunya dengan memahami literasi digital. 

Literasi digital saat ini juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia, dan tengah disosialisasikan melalui kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Program nasional ini ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang cakap menggunakan teknologi informasi dan komunikasi di era perubahan teknologi digital. Literasi digital yang diusung mencakup empat pilar: digital culture, digital ethics, digital safety, dan digital skill. 

Kegiatan webinar tersebut salah satunya yang digelar pada Selasa (27/7/2021) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dimas Satria (MC) memandu jalannya acara dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang cakap pada bidangnya: Zain Handoko (pengajar pesantren Aswaja Nusantara), Tauchid Komara (dosen UGM Yogyakarta), Ziaulhaq Usri (pengajar Global Islamic School 3 Yogyakarta), Aulia Putri Juniarto (Kaizen Room). Juga hadir Fajar Gomez (tv presenter) sebagai key opinion leader dalam diskusi.

Dari perspektif keamanan digital atau digital safety, Zain Handoko, mengatakan, kecakapan keamanan digital penting agar menciptakan keamanan dan kenyamanan saat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi digital. Sebab media sosial banyak ditemui perilaku ujaran kebencian yang menyakiti pengguna lainnya. 

“Keamanan digital meliputi pengamanan pada perangkat keras dan piranti lunaknya serta pengamanan identitas diri, dapat mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak, juga memahami keamanan digital bagi anak. Pengamanan ini penting agar aman dan nyaman bagi, antar, dan antara pengguna media digital,” jelas Zain. 

Ujaran kebencian menjadi topik yang sangat dekat dalam interaksi di media sosial. Ujaran yang mengandung kebencian, menyerang, berkobar-kobar yang dimaksudkan untuk menimbulkan dampak tertentu itu dapat memicu orang melakukan kekerasan, menyakiti orang maupun kelompok lain.  

Bentuk ujaran kebencian atau penghinaan dapat berupa pencemaran nama baik, seperti hoaks dan penistaan, atau perbuatan tidak menyenangkan seperti memprovokasi. Ia mencontohkan kasus yang dialami tokoh agama Gus Muwafiq dalam kasus ujaran kebencian berupa potongan video yang disorotkan pada penghinaan nabi. 

Kasus ini berbuntut sangat panjang dan dapat dipelajari bahwa dalam membagikan informasi haruslah lengkap agar tidak menimbulkan persepsi yang salah. Sebab, konteksnya dalam video itu Gus Muwafiq bercerita tentang masa kecil nabi yang sebenarnya tidak berbeda dengan anak kecil pada umumnya.

“Maka langkah menghadapi ujaran kebencian adalah dengan berbicara soal toleransi, menghargai perbedaan, mengoreksi persepsi yang salah, menjelaskan risiko perbuatan menyimpang, dan berpikir kritis dalam menyikapi suatu informasi,” jelas Zain kepada 200-an peserta diskusi. 

Di sisi lain, Ziaulhaq Usri menambahkan, sebagai warga Indonesia dan warganet hendaknya menanamkan budaya Pancasila baik di kehidupan nyata maupun dunia maya. Sebab di dalam Pancasila sudah terangkum nilai-nilai kebaikan yang dapat menghindarkan dari perilaku tidak baik. 

“Menanamkan cinta kasih dan menghargai perbedaan, memperlakukan orang lain dengan adil, mengutamakan kepentingan Indonesia, demokratis dan  bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis,” jelas Ziaulhaq. 

Literasi digital mengajarkan kita untuk dapat bertindak dan berpikir kritis, mampu menyaring informasi.  Menghindari unfollow atau unfriend untuk menghindari echo chamber dan filter bubble, serta bergotong royong mengkampanyekan literasi digital. 

“Karena you are more amazing than you think. Ketika kita sudah punya pola pikir yang bagus dan kritis maka tanamkan itu dalam diri tidak perlu sungkan selama itu baik dan bermanfaat,” pungkasnya. (*)

Sumber dari sini

Baca selengkapnya
GNLD 2021: Menjadi Pelopor Masyarakat Digital

GNLD 2021: Menjadi Pelopor Masyarakat Digital

Pemalang – Transformasi digital memberikan lanskap baru di banyak lini kehidupan, mulai dari sisi sosial dalam bermasyarakat, pendidikan, pekerjaan, hingga hiburan. Transformasi digital harus dipandang sebagai satu peluang besar yang harus dioptimalkan dan dihadapi dengan berbagai persiapan, salah satunya dengan memahami literasi digital. Tema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital” kembali dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Rabu (1/12/2021). 

Bunga Cinka (TV Journalist) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Ziaulhaq Usri (Pengajar di Global Islamic School Yogyakarta), Ragil Triatmojo (Blogger), Ismita Saputri (Co-founder Pena Enterprise), Joko Priyono (Fasilitator Gerakan Literasi). Serta Sheila Siregar (Public Relation) sebagai key opinion leader.  Tema diskusi dibahas narasumber dari perspektif empat pilar literasi digital yaitu digital skill, digital safety, digital culture, digital ethics.
Joko Priyono menyampaikan bahwa transformasi digital telah mempengaruhi perubahan pola budaya masyarakat. Hiruk pikuk informasi dan segala aktivitas di ruang digital perlu dipahami sebagai kerangka untuk terus melakukan kebaikan. Dalam dunia pendidikan, digitalisasi memudahkan sarana belajar dalam kondisi pandemi. Pun dalam bidang pekerjaan, digitalisasi memunculkan berbagai peluang pekerjaan baru. 

Perubahan budaya yang baru tersebut perlu dipahami dengan meningkatkan kecakapan literasi digital sebagai bekal bagi sumber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya teknologi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai luhur. Kecakapan literasi digital yang bagus itu tidak sebatas mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab akan berbagai dimensinya. 

Kompetensi cakap digital terdiri dari kecakapan secara kognitif, yaitu memahami konsep dan mekanisme kecakapan digital terhadap upaya adaptasi di dunia digital. Kecakapan afektif yaitu kesadaran dalam diri mengenai kebutuhan dan hak digital yang disertai tujuan bersama dalam membangun sistem dunia digital. Serta kemampuan psikomotorik atau langkah praktis dan teknis terkait kemampuan dan kecakapan dalam dunia digital. 
“Dalam proses adaptasi, kecakapan digital memiliki output menjadikan diri semakin produktif. Teknologi buka penghambat melainkan mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan praktis,” ujar Joko Priyono. 

Misalnya pemanfaatan teknologi sebagai sarana jurnalisme warga atau berbagi informasi yang bermanfaat. Atau pemanfaatan teknologi untuk kewirausahaan, mengelola platform digital sebagai sarana dalam membaca peluang bisnis, promosi produk dan jasa. 

“Yang perlu dilakukan adalah dimulai dari diri sendiri, memilih perangkat sesuai kebutuhan, menggunakan aplikasi sesuai prioritas. Mendorong diri untuk lebih produktif dan mengedukasi.  Membekali diri untuk selalu waspada dan kritis,” jelasnya.

Disisi lain Ziaulhaq Usri mengatakan bahwa pandemi mempercepat transformasi digital, terbukti dari meningkatnya pengguna internet yang 15 kali lebih banyak dibandingkan kenaikan populasi penduduknya. Maka keterampilan yang mesti diasah untuk menjadi penggerak literasi digital adalah dengan melatih cara berpikir kritis dalam menghadapi informasi, melatih komunikasi di ruang digital, saling berkolaborasi, serta berpikir kreatif dan inovatif. 

Kecakapan digital juga harus didukung dengan budaya digital yang baik. Caranya dengan turut berpartisipasi menjadi warga yang memanfaatkan teknologi untuk mendukung berbagai aktivitas. Serta beradaptasi dengan menjadikan budaya lama menjadi budaya baru, dari cara konnvensional bergeser ke ruang digital. 

“Dalam membentuk budaya digital yang baik tersebut maka penguatan karakter kebangsaan penting untuk dilakukan, caranya dengan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika pada aktivitas digital. Menggerakkan perilaku “cintai produk dalam negeri” sebagai bentuk dukungan dan melestarikan budaya,” jelas Ziaulhaq Usri. 

Lalu sebagai pelopor masyarakat digital, warganet perlu membudayakan saring sebelum sharing. Mempertimbangkan nilai kebenaran suatu informasi dengan melakukan verifikasi dan evaluasi, menimbang nilai kemanfaatan dan kepentingannya. Serta menghargai hak-hak digital pengguna lainnya. (*)
Baca selengkapnya
GNLD 2021: Menjadi Warganet Yang Ber-Akhlak

GNLD 2021: Menjadi Warganet Yang Ber-Akhlak

KONTAN.CO.ID - Kabupaten Pandeglang, 8 September 2021 Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema "Menjadi Warganet Yang Ber-Akhlak". Webinar yang digelar pada Rabu, 8 September 2021 di Kabupaten Pandeglang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ziaulhaq Usri, Lc. - Teacher at Global Islamic School 3 Yogyakarta, Devi Adriyanti - Penulis dan Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, H. Lukmanul Hakim, M.Si. - Kepala Kemenag Kota Serang dan Meidine Primalia, Kaizen Room.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ziaulhaq Usri membuka webinar dengan mengatakan, dalam menggunakan media digital, diperlukan literasi digital.

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

"Sementara budaya digital, merupakan suatu cara hidup yang baik, dilestarikan, dan diwariskan pada konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Menjadi warga digital yang berakhlak yakni berpikir kritis, meminimalisir echo chamber dan filter bubble, gotong royong kolaborasi kampanye literasi digital," tuturnya.

Devi Adriyanti menambahkan, media informasi yang terbuka luas menyebabkan semua orang bisa mengetahui apa yang terjadi di luar sana, tapi perlu diingat bagaimanapun harus membatasi Informasi.

"Caranya dengan cermati dan perhatikan judul berita, jika ada berita yang mengandung provokasi segera baca dengan cermat dan teliti isi berita lalu renungkan. Beralih pada berita yang sumbernya terpercaya dan akurat," tuturnya.

Selain itu, pilihlah sumber informasi yang sifatnya resmi dan ditulis oleh orang yang terpercaya dan mumpuni dalam keilmuannya. Pilihlah kata- kata yang sangat santun untuk mengkritik dan melawan argumentasi yang tepat kepada warganet yang berbeda pendapat dengan kita. M

Bermedia sosial kita tidak berhadapan dengan manusia sebagaimana di dunia real. Setiap orang yang bermedia sosial punya pengalaman dan perspektif yang berbeda, kalau sedang emosi, jangan ikut komentar dan posting sesuatu yang memicu konflik, hindarkan perdebatan di kolom chat atau komentar, karena perdebatan di dunia digital hanya memperumit masalah.

"Jika informasi berasal dari sumber terpercaya, maka dia layak dijadikan pegangan. Jika tidak, maka saring dan pilah informasi itu dengan mencari informasi pembanding (tabayyun). Berhadapan dengan berita yang begitu banyak dan beragam, nurani adalah timbangan utama," jelasnya.

H. Lukmanul Hakim turut menjelaskan, setidaknya ada tiga prinsip mengunggah konten di sosial media, yakni tidak merugikan diri sendiri, tidak merugikan orang lain, dan tidak melanggar hukum.

"Konten yang merugikan diri sendiri yaitu berkeluh kesah tentang hidup, membuka aib diri sendiri, keluarga, atau kerabat, mengunggah konten kekerasan, mengunggah kabar, berita, isu, yang belum jelas kebenarannya," tuturnya.

Menurutnya, memposting hal-hal negatif akan mempengaruhi psikologis dan menjadi manusia yang berpandangan negatif. Media sosial atau jejak digital Anda tidak akan pernah bisa dihapus dan akan menjadi catatan sejarah bagi masa depan Anda.

Sebagai pembicara terakhir, Meidine Primalia menjelaskan, media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual.

"Kebebasan berpendapat dibatasi oleh hak-hak orang lain untuk diperlukan secara layak dan adil, hak-hak setiap orang untuk menempati ruang publik yang beradab dan menyejukan. Kebebasan berpendapat yang tanpa etika dan sikap hormat kepada orang lain akan melahirkan anarki," pesannya.

Adapun cara berekspresi di media digital yakni jangan asal posting, tak perlu detail mencantumkan informasi, jaga privasi anda, jaga etika, selalu waspada dan jangan langsung percaya, filter akun-akun yang diikuti.

Dalam sesi KOL Suci Patia, dampak positif internet adalah lebih bisa memanfaatkan sosial media untuk personal branding dengan konten- konten yang positif dan yang bermanfaat untuk orang sekitar.

"Untuk dampak negatifnya juga banyak tetapi balik lagi ke diri sendiri agar lebih bisa memilih milih konten-konten yang pantas untuk dikonsumsi dan yang tidak. Masyarakat harus teredukasi dan memahami literasi digital dalam berdigital," katanya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Revita menanyakan, bagaimana etika dan etiket yang baik dalam mengatasi mindset serta kebiasaan buruk seperti itu agar tidak menular dan ditiru orang lain?

"Kita memang diberikan kebebasan berekspresi tetapi bukan berarti kita tidak beretika. Jika kita tidak memiliki etika kebebasan itu tidak bisa dipegang sehingga kita menjadi orang yang tidak punya prinsip dan dapat merugikan orang lain. Sebelum kita berbagi dan berekspresi alangkah lebih baiknya kita berpikir dulu apakah hal tersebut bermanfaat dan positif atau tidak," jawab Devi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.

Sumber dari sini 

Baca selengkapnya