Skip to main content

Featured post

Tahun 2024 Sudah Mau Berakhir: Resolusi Belum Tercapai? Yuk Belajar dari Nabi!

Tahun 2024 Sudah Mau Berakhir: Resolusi Belum Tercapai? Yuk Belajar dari Nabi! Nggak terasa ya, tahun 2024 hampir selesai. Buat kamu yang masih punya resolusi atau harapan yang belum juga tercapai, nggak usah sedih, apalagi sampai menyerah. Hidup memang nggak selalu sesuai keinginan kita. Tapi tenang, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari Rasulullah ﷺ. Tahukah kamu? Bahkan Rasulullah ﷺ, manusia pilihan Allah, juga pernah memiliki keinginan yang nggak bisa beliau wujudkan saat itu. Salah satunya adalah tentang Ka’bah. Keinginan Rasulullah ﷺ yang Tertunda Setelah menaklukkan Makkah pada tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah ﷺ sebenarnya ingin melakukan beberapa perubahan pada Ka’bah, seperti: 1. Membangun ulang Ka’bah di atas fondasi Nabi Ibrahim عليه السلام. 2. Menjadikan pintu Ka’bah sejajar dengan tanah. 3. Menambah dua pintu: satu untuk masuk dan satu untuk keluar. Tapi, beliau memilih untuk menunda semua itu. Kenapa? Karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa masyarakat Makkah baru saja ke...

Berkah Ibadah yang Dilaksanakan Secara Konsisten




Bismillahirrahmanirrahim

Orang-orang yang baik memiliki sifat dan kebiasaan yang mencerminkan kebaikan hati dan keimanan mendalam kepada Allah SWT, serta hati yang penuh ketenangan. Salah satu sifat utama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah beribadah secara rutin dan istiqomah, tanpa jeda atau rasa malas, agar mencapai kehidupan yang dijanjikan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Sebagaimana Firman Allah:

"Barang siapa yang melakukan amal kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan, dan ia beriman, maka Kami akan memberikan kehidupan yang baik dan lebih baik dari yang dilakukannya."

Ibadah ini meliputi shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya, yang berasal dari bacaan dan perilaku yang dicintai Allah SWT. Seluruh ibadah ini berarti tunduk sepenuhnya dan mengikuti ajaran agama, serta menyerahkan diri sepenuhnya, baik jiwa maupun raga, kepada Allah SWT. Perintah untuk ikhlas dan terus beribadah tercantum dalam Al-Qur'an, di mana Allah sering mengulang-ulang ayat yang menjelaskan agar ibadah dilakukan secara teratur dan rutin.

"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau merasa sesak dadamu dengan apa yang mereka katakan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah golongan orang-orang yang bersujud. Dan sembahlah Tuhanmu sampai engkau mati." (Al-Hijr 97-99)

Sesak dada dalam ayat tersebut adalah sindiran terhadap kesedihan atau kesusahan dan rasa sakit yang dirasakan manusia. Artinya, Kami mengetahui apa yang dikatakan oleh kaum musyrik, semua itu tidak benar, dan apa yang Kami berikan padamu akan menyebabkan hatimu menjadi susah dan sedih. Kemudian Allah memberikan solusi kepada nabi-Nya dengan Firman Allah:

(فسبح بحمد ربك وكن من الساجدين)

"Bertasbihlah kepada Allah yang dimaksudkan adalah mensucikan-Nya dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kemaha-sucian Allah. Bertahmid berarti memuji Allah dengan segala sifat kemuliaan dan kesempurnaan-Nya. Jika hatimu merasa sesak - wahai para nabi rasul - karena tuduhan orang kafir, maka segera bertasbih dan bertahmid dengan memperbanyak membaca: Subhanallah dan Alhamdulillah."

Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat ini mengandung pujian terhadap Allah dengan segala kesempurnaan, karena kesempurnaan ditinjau dari dua segi:

1. Menjauh dari segala sifat yang hina dan mensucikannya dari sifat yang tidak sesuai dengan kesucian-Nya.
2. Memiliki semua sifat kelebihan dan bersifat dengan kesempurnaan.

Inilah makna memuji sehingga sempurnalah sifat mensucikan Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Yang sesuai dengan makna ayat tersebut dijelaskan oleh Rasul dalam sebuah hadits beliau yaitu:

"كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ"

"Ada dua kalimat yang sangat ringan di lisan, berat di timbangan akhirat, dan sangat disukai Allah SWT yaitu Subhanallah wa bihamdihi dan Subhanallahil Azim."

Imam Bukhari menutup buku hadits shahih beliau dengan mengutip hadits tersebut.

Yang dimaksud sujud dalam ayat (وكن من الساجدين) adalah shalat, digambarkan dengan sebagian dari pekerjaan shalat itu sendiri, namun yang dimaksudkan adalah seluruhnya, yaitu shalat, karena sujud adalah bagian terpenting dan paling utama dalam pelaksanaan shalat, sebagaimana sabda Rasul SAW:

أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد فأكثروا الدعاء (الحديث)

"Paling dekat posisi seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia bersujud, maka perbanyaklah doa saat sujud."

Kesimpulan dari urutan ayat tersebut adalah perintah tasbih, tahmid, dan shalat sebagai solusi dari kesesakan dada dalam menghadapi masalah, sebagai bukti bahwa rutinitas ibadah adalah solusi dari masalah yang dihadapi dan menghilangkan keresahan dan kebingungan. Oleh sebab itu, Rasul ketika menghadapi masalah berat, beliau langsung shalat.

Adapun yang dimaksud dengan perintah ibadah dalam ayat (واعبد ربك حتى يأتيك اليقين) adalah bukti dan dalil bahwa shalat maupun ibadah lainnya adalah kewajiban bagi setiap manusia selama akalnya masih ada, sehingga ia wajib shalat sesuai keadaannya. Dalam sebuah hadits, Rasul menjelaskan:

صل قائما فإن لم تستطع فصل قاعدا فإن لم تستطع فعلى جنبك"

"Shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu duduk, shalatlah dengan berbaring."

Dengan ayat tersebut menolak pendapat yang mengatakan bahwa kata-kata yaqin berarti ma'rifah atau mengenal Allah, yang mana menurutnya "jika seseorang sudah mencapai derajat ma'rifat, maka gugur baginya kewajiban seperti shalat," dan ini adalah kekufuran dan kesesatan dari kebodohan dan tipu daya setan semata.

Demikian juga, ayat tersebut menjadi perintah untuk melaksanakan ibadah secara terus menerus dan menjadi rutinitas bagi orang yang sudah mukallaf dengan perintah Allah SWT, sebagaimana Allah SWT mewasiatkannya kepada para Nabi dan Rasul-Nya untuk terus melaksanakan ibadah selama hayat masih dikandung badan.

Di antara ayat yang menceritakan kisah para Nabi dan Rasul yang melaksanakan ibadah terus menerus, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS yang menolak pendapat kaumnya yang heran dan takjub dengan kejadian yang dialaminya dan ibunya Siti Maryam dengan ucapannya:

"Dia berkata bahwa aku adalah hamba Allah, dan diberikan kitab serta dijadikan Nabi, dan dijadikan berkah di mana pun berada, serta diwasiatkan untuk tetap shalat dan menunaikan zakat selama hidup."

Maknanya: Ia mengatakan pada kaumnya bahwa aku adalah hamba Allah SWT di antara hamba-Nya yang lain yang diberikan kekuatan, semua itu karena kekuasaan Allah SWT. Saya hamba-Nya dan kalian juga hamba-Nya. Inilah Allah Maha Pencipta Yang Maha Agung, yang dalam taqdir-Nya memberikan kitab Injil berisi perintah, nasihat, dan peringatan, menjadikan aku Nabi yang menyerukan umat menyembah Allah SWT, dan mengaruniaku kebarekahan serta kebaikan yang banyak, serta mewasiatkan untuk tetap menjaga shalat dan menunaikan zakat selama hidup tanpa merasa lelah. Demikian pula dengan ibadah lainnya yang Allah SWT perintahkan untuk terus dilaksanakan.

Jika kita membaca Al-Qur'an pada Surah Al Ma'arij, akan ditemukan bahwa Allah SWT memberikan sanjungan dalam beberapa ayat bagi orang yang rutin melaksanakan ibadahnya dengan penghargaan tinggi, dan Allah SWT memulai dan menutup ayat tersebut dengan perintah untuk tetap melaksanakan ibadah shalat secara terus menerus. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya manusia diciptakan keluh kesah. Jika ditimpa keburukan, ia larut dalam kesusahan, dan jika mendapatkan kemuliaan, ia pelit. Kecuali orang-orang yang shalat dan selalu menjaga shalatnya terus menerus."

Yang dimaksud kata (الإنسان) dalam ayat ini adalah manusia secara umum, bukan perorangan tertentu, sebagaimana dalam ayat lain Allah berfirman:

"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran."

Kata atau lafaz (هلوعا) adalah bentuk mubalagah dari kata الهلع yang berarti melalaikan jiwa dan mentabzirkannya sehingga keluar dari koridor kedewasaan dan kematangan ketika dihadapkan dengan masalah yang bisa membahayakan dan kehilangan apa yang disukai atau dibutuhkan. Allah SWT menafikan sifat-sifat tersebut dengan dua sifat sebagaimana Firman-Nya:

"Kecuali orang yang melakukan shalat dan melaksanakan shalat dengan terus menerus."

Sudah menjadi tabiat manusia mengalami keluh kesah jika dalam posisi terjepit dan menjadi pelit jika kaya, kecuali orang-orang yang shalat di antara mereka, yang mana mereka melakukan shalat terus menerus dan menjaga semua rukun dan syaratnya dengan sempurna, melaksanakannya tanpa dipengaruhi oleh kesusahan ataupun kelapangan, kaya atau miskin, musafir maupun tidak musafir.

Mereka yang Allah SWT sifatkan dalam Al-Qur'an:

"Sekelompok orang yang tidak terlalaikan oleh usaha dan jual beli untuk ingat kepada Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, serta mereka takut terhadap hari di mana pada hari itu akan membolak-balikkan hati dan penglihatan (hari kiamat)."

Makna Firman Allah SWT yang menyatakan:
sebagai isyarat bahwa sesungguhnya mereka tidak terhalang oleh berbagai kesibukan yang mereka hadapi, sebab kata rutinitas artinya jika seseorang tidak meninggalkan pekerjaan tersebut. Sedangkan sandaran kata tetap () tersebut pada orang-orang yang shalat adalah sebagai pengkhususan terhadap keadaan mereka yang melaksanakannya secara rutinitas, sebab merekalah yang terus menerus melaksanakannya.

Kemudian dalam ayat lanjutannya, Allah SWT mensifati mereka dengan sifat-sifat terpuji, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah Al-Ma'arij ayat 23-33:

"Yang mereka itu tetap melaksanakan shalatnya. Dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu bagi orang yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa. Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan. Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhannya tidak seorang pun merasa aman. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Dan barang siapa mencari sesuatu di balik itu maka mereka termasuk orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janji-Nya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya."

Sebagaimana Allah memulai ayat tersebut dengan memberikan pujian dengan sifat terpuji

dan menutup sifat mereka dengan mensifati mereka sebagai orang-orang yang:

Maksudnya yaitu mereka melaksanakan shalat dengan sempurna tanpa kekurangan dalam pelaksanaannya, baik dari segi kekhusyukan maupun dalam bacaannya, demikian pula rukun, sunnah, maupun adab-adab dalam shalat.

Dengan pembukaan dan penutupan sifat dalam ayat tersebut menunjukkan kemuliaan shalat dan ketinggian kedudukannya, serta hasil yang ditimbulkan ketika melaksanakannya secara terus menerus. Dalam mengomentari ayat tersebut, Imam Zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kashshaf mengutarakan: jika engkau bertanya "kenapa Allah SWT dalam ayat ini memulai dengan mengatakan "dan dalam ayat terakhirnya mengatakan maka aku mengatakan: bahwa makna rutinitas () melaksanakannya yaitu melaksanakannya secara terus menerus tanpa terhenti dan tidak terhalang oleh kesibukan apapun. Sedangkan makna menjaga () adalah memperhatikan perintah shalat dengan betul-betul teliti dalam pelaksanaannya seperti wudhu'nya, waktunya, sunnatnya, serta adab-adabnya. Rutinitas kembali pada pelaksanaan shalat, sedangkan menjaganya kembali pada menjaga keadaan shalat tersebut.

Para pembaca dapat menilai bagaimana Allah SWT memberikan pujian terhadap orang mukmin yang benar-benar percaya dengan menjaganya dari sifat keluh kesah dan memberikannya dengan delapan sifat terpuji, di antaranya: rutinitas dalam melaksanakan shalat, pemurah dalam mengatur hartanya terhadap orang yang membutuhkannya, meyakini adanya hari kiamat dan apa yang akan dialaminya pada waktu tersebut dengan penghisaban pahala maupun dosa, menjaga kemaluannya, menunaikan amanah, menegakkan kesaksian yang benar, dan taat dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Dalam ayat tersebut, Allah memberikan kabar gembira pada mereka dengan Firman-Nya dalam Al-Qur'an:

"Mereka akan menempati tempat di surga dan mereka dimuliakan."

Supaya Allah mencintai hamba-Nya ketika ia melaksanakan ibadah secara terus menerus dalam ketaatan serta menggunakan sifat akhlak yang mulia dengan tidak terhenti maupun malas dalam penerapan kesehariannya. Allah memberikan kabar gembira kepada mereka bahwa dengan melaksanakan ibadah secara rutinitas akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar berupa balasan yang tiada tandingannya dan tidak berbatas, serta surga di mana di dalamnya terdapat segala yang diinginkan dan menyedapkan pandangan mata, dan mereka akan kekal berada di dalam surga.

Di antara ayat-ayat Al-Qur'an yang menguatkan tentang janji tersebut, Allah berfirman dalam surah Ar-Ra'd ayat 35:

"Perumpamaan surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertakwa adalah mengalir di bawahnya sungai-sungai yang di dalamnya terdapat makanan yang tidak terputus, dan itulah balasan bagi orang yang bertakwa, dan balasan bagi orang kafir adalah neraka."

Maksud perumpamaan dalam ayat tersebut adalah sifat mulia, yaitu sifat surga yang dijanjikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang bertakwa, bahwa di bawah bangunan dan pepohonannya mengalir air sungai-sungai, dan buahnya akan terus menerus ada tanpa terputus, dan naungannya akan tetap ada tanpa akan lenyap. Demikianlah surga yang digambarkan Allah dengan gambaran yang indah, dan dialah cita-cita orang beriman yang tertinggi, sedangkan orang kafir mereka mencita-citakan neraka, dan itulah tempat yang sangat hina.

Di antara ayat yang menjelaskan tentang kemuliaan yang Allah berikan pada Nabi Muhammad SAW dengan sebab rutinitas dalam melaksanakan ibadah, baik yang berupa pekerjaan maupun ucapan, dengan Allah menganugerahkan balasan yang tidak terputus dan ganjaran yang tiada akhir. Firman Allah dalam surah Al-Qalam ayat 3:

Lafaz mamnun berasal dari kata Al-Mannu yang berarti terputus dan berakhir, seumpama engkau mengatakan مننت الحبل: إذا قطعته. Makna ayat tersebut adalah, dan sesungguhnya Kami sediakan bagimu wahai Rasul yang mulia suatu balasan yang besar dan tidak ada seorang pun yang mengetahui ukurannya kecuali Allah SWT, dan balasan tersebut tidak akan terputus dan tidak akan berkurang.

Maha benar Allah dengan apa yang difirmankan dalam surah Al-Baqarah ayat 25:

"Dan beritakanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ketika mereka mendapatkan rizki dari buah-buahannya, maka mereka mengatakan inilah yang Allah janjikan kami ketika di dunia, dan mereka juga diberikan kenikmatan yang serupa, dan dalam surga juga Allah sediakan bidadari-bidadari yang suci, dan mereka akan kekal berada di dalamnya."

Bila kita merujuk pada buku-buku hadits, kita akan menjumpai bahwa pekerjaan yang paling Rasul gemari adalah melaksanakan ibadah dan ketaatan lainnya dengan rutinitas dan tidak terputus dalam ucapan, amal kebaikan, dan semua pekerjaan yang Allah cintai. Di antara hadits yang menjelaskan hal tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah RA berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا فاتته الصلاة من الليل من وجع أو غيره صلى من النهار اثنتى عشر ركعة (رواه مسلم عن السيدة عائشة رضي الله عنها)

"Bahwasanya Rasulullah SAW jika luput melaksanakan shalat sunnat di waktu malamnya karena sakit atau lainnya, maka akan menggantinya di siang harinya dengan 12 raka'at."

Diriwayatkan oleh Sayyidina Umar RA berkata bahwasanya Rasul bersabda:

من نام عن حزبه من الليل – أي عما اعتاد قراءته من الليل – أو عن شيء منه فقرأه ما بين صلاة الفجر وصلاة الظهر كتب له كأنما قرأه من الليل (رواه مسلم عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه)

"Barang siapa tertidur dengan kebiasaan zikirnya - kebiasaan membacanya di waktu malam - atau sebagian yang terluput, kemudian ia membacanya antara shalat subuh dan zuhur, maka ia terhitung seumpama ia membacanya malam hari."

Dari dua hadits shahih tersebut, sebagai bukti nyata kalau Rasul sangat memperhatikan rutinitas dalam pelaksanaan ibadah maupun ketaatan lainnya. Rasul juga tidak membedakan ibadah beliau dalam bagaimanapun keadaannya, sebagaimana yang diriwayatkan Siti Aisyah dalam kitab Sahih Bukhari Muslim bahwa suatu ketika Siti Aisyah ditanya tentang ibadah Rasul: apakah Rasul mengkhususkan hari tertentu dalam ibadah disebabkan banyaknya bentuk amal shalih? Maka beliau menjawab: tidak, bahwa Rasul dalam melaksanakan ibadah bentuknya rutinitas, artinya tetap melaksanakannya siang maupun malam dalam satu aturan, kemudian Siti Aisyah bertanya siapa di antara kalian yang mampu melaksanakannya seperti Rasul.

Terdapat juga banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasul sangat senang untuk melaksanakan ibadah secara rutinitas sekalipun tidak terlalu banyak. Dalam Bukhari Muslim, Siti Aisyah meriwayatkan sebuah hadits:

أن رسول الله سئل: أي الأعمال أحب إلى الله؟ فقال صلى الله عليه وسلم أدومها وإن قل (رواه الشيخان عن السيدة عائشة رضي الله عنها)

"Bahwa suatu ketika Rasul ditanya: pekerjaan apakah yang paling Allah sukai? Maka Rasul menjawab: pekerjaan yang rutin dilakukan sekalipun sedikit."

Dalam hadits sahih lainnya, Rasul menjelaskan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah RA berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أحب الدبن إلى الله ما داوم عليه صاحبه"

"Rasul SAW bersabda bahwasanya agama yang paling disukai oleh Allah adalah yang penganutnya istiqomah dalam menjalankan ibadahnya."

Dari apa yang sudah dijelaskan dalam hadits shahih, maka sudah jelas bagi orang yang berakal bahwa Rasul sangat antusias dalam melaksanakan ibadah secara rutinitas menjalankan perintah Allah dengan teratur dan segera menjalankannya ketika sudah datang waktunya.

Di antara hal yang bisa membantu seorang mukmin untuk bisa tetap rutin dalam melaksanakan ibadah adalah dengan melaksanakan ibadah secara tidak berlebihan dan melaksanakannya sesuai dengan tuntunan Rasul SAW, sebab agama Islam berdiri di atas pondasi yang dimudahkan bukan untuk menyulitkan, sangat memperhatikan keadaan bukan untuk memberatkan, dan menghilangkan hal-hal yang memberatkan bukan membuat kesulitan baru.

Di antara ayat Al-Qur'an yang menguatkan dalil tersebut adalah Firman Allah:

"Allah menghendaki bagimu kemudahan bukan menghendaki kesulitan."

Demikian juga dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

"Allah menghendaki untuk meringankan beban kalian dan sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah."

Di antara hadits-hadits shahih yang menguatkan bahwa agama Islam didasarkan atas kemudahan bukan kesulitan, sebagaimana yang terdapat dalam kitab Sahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إن الدين يسر ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه فسددوا وقاربوا وأبشروا واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة"

"Bahwasanya Rasul bersabda: sesungguhnya agama itu memberikan kemudahan dan tidak seorang yang mau melaksanakannya dengan sungguh-sungguh kecuali ia akan mampu melaksanakannya, maka beribadahlah dengan sederhana dan rapatkan, saling memberikan kabar baik dan saling tolonglah dengan saling memberikan semangat untuk melaksanakan ibadah pagi sore dan akhir waktu malam."

Maknanya: bahwa agama Islam ini syariatnya berdiri atas dasar kemudahan bukan kesulitan, dan barang siapa yang ingin melaksanakan semua ajaran agama maka ia akan mampu melaksanakan agama sekalipun banyak bentuk kebaikan di dalamnya yang diridhai Allah SWT sebagai agama yang benar, sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur'an:

"Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agama kalian (Islam) dan Aku ridlai Islam sebagai agama kalian."

Senantiasa perkara tersebut akan berlaku seterusnya, maka berusahalah untuk menunaikan ibadah dan ketaatan dengan penuh semangat dan persiapan yang mantap, serta senantiasa dalam melaksanakannya dengan sederhana tanpa membebani diri, jika tidak mampu melaksanakan dengan sempurna maka laksanakanlah dengan sesuai dengan batas kemampuan yang ada. Dalam surah Al-Baqarah Allah berfirman pada ayat 286:

"Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya."

Maka saling memberikan kabar gembira dengan balasan yang Allah janjikan dan saling bantu dalam melaksanakan ibadah sesuai waktunya, baik pagi petang maupun pada akhir waktu malam, sebab waktu-waktu tersebut adalah tempat seseorang lebih semangat dalam melaksanakan ibadah.

Dalam hadits sahih sebagaimana yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah RA, bahwasanya Rasul menyuruh sahabatnya beribadah sesuai dengan kemampuannya. Maka para sahabat menjawab: wahai Rasul kami bukan seperti engkau, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu yang sudah dilakukan maupun yang belum dikerjakan, maka Rasul pun marah dengan apa yang mereka katakan dan kelihatan dari wajah beliau tanda marahnya, kemudian beliau bersabda:

إن أتقاكم وأعلمكم باالله أنا"

"Sesungguhnya yang paling taqwa dan paling mengetahui Allah di antara kalian adalah aku."

Demikian juga hadits lain yang terdapat dalam Sahih Bukhari Muslim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah RA: suatu ketika Rasul datang kepada Siti Aisyah dan pada saat itu ada perempuan bersama Siti Aisyah yang menyebutkan kalau perempuan tersebut banyak melaksanakan ibadah baik shalat, puasa, dan lainnya..! Maka Rasul bersabda:

مه –أى كلمة زجر ونهى- عليكم من الأعمال بما تطيقون فو الله لا يمل لله حتى تملوا"

"Jangan kamu lakukan seperti itu dan hendaklah kalian melaksanakan perbuatan sesuai dengan kemampuanmu, demi Allah sesungguh Allah tidak akan bosan kecuali kalian bosan."

Maknanya: laksanakanlah ibadah yang kalian mampu dilaksanakan dan tetapkan untuk mengerjakannya, demi Allah sesungguhnya Allah tidak akan menghentikan balasan pekerjaan kalian kecuali jika kalian meninggalkan rutinitas dalam melaksanakan ibadah tersebut dengan sebab memaksa diri dan berlebihan dalam melaksanakannya.

Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Mas'ud RA bahwasanya Rasul bersabda:

هلك المتنطعون"
"Binasalah orang-orang yang berlebihan."

Dalam hadits sahih Bukhari Muslim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas Bin Malik RA, suatu ketika Rasul masuk masjid kemudian beliau melihat tali yang diikat antara dua tiang, maka beliau bertanya untuk apa tali tersebut? Maka sahabat menjawab bahwa tali tersebut untuk Zainab (ada riwayat mengatakan bahwa yang dimaksud Zainab adalah Zainab binti Jahsh), jika ia merasa capek maka ia mengikat dirinya di tali tersebut, maka Rasul bersabda:

حلوه ليصل أحدكم نشاطه فإذا فتر فليرقد"

"Buka tali itu dari tiang dan hendaklah kalian shalat dengan penuh semangat, dan bila merasa lelah maka tidurlah."

Dalam Sahih Bukhari Muslim juga diriwayatkan oleh Siti Aisyah RA bahwasanya Rasul bersabda:

إذا نعس أحدكم وهو يصلى فليرقد حتى يذهب عنه النوم فإنه إذا صلى وهو ناعس لايدرى لعله يذهب يسغفر فيسب نفسه"

"Jika kalian mengantuk dan ia mau shalat, maka tidurlah dahulu sampai rasa ngantuknya hilang sebab jika ia shalat dalam keadaan ngantuk maka ia tidak tahu dengan apa yang terucap yang rencananya mau minta ampun pada Allah malah mencela dirinya."

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr RA berkata:

قال لى النبي صلى الله عليه وسلم بلغنى أنك تقوم الليل وتصوم النهار؟ فقلت إنى أفعل ذلك فقال صلى الله عليه وسلم إنك إن فعلت ذلك هجمت عينك ونقه نفسك وإن لنفسك حقا ولأهلك حقا فصم وأفطر وقم ونم"

"Berkata suatu ketika Nabi padaku: telah sampai padaku berita kalau engkau bangun malam hari dan puasa pada siang harinya? Aku mengatakan; benar ya Rasul aku melakukan itu, maka Rasulpun bersabda sesungguhnya kamu jika melakukan itu maka kamu telah menyiksa matamu dan melelahkan jiwamu, dan sesungguhnya jiwamu memiliki hak padamu dan keluargamu juga memiliki hak padamu maka puasa dan berbukalah, dan bangun tengah malam serta tidurlah."

Dalam riwayat lain dalam Sahih Bukhari Muslim diriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr saya ceritakan Rasul dan saya mengatakan: demi Allah aku akan puasa siang harinya dan bangun malamnya selama saya hidup, maka Rasulpun bersabda padaku; apakah kamu yang mengatakan seperti itu? Maka aku menjawab; demi ibu dan bapak aku telah mengatakannya wahai Rasulullah. Maka Rasul pun bersabda:

فصم وأفطر ونم وقم فإن لجسدك عليك حقا ولبيتك عليك حقا ولزورك عليك حقا قال عبد الله فقلت يارسول الله إنى أجد قوة فقال له صلى الله عليه وسلم صم صيام داود ولا تزد عليه فقلت وما صيام داود؟ قال نصف الد هر – أى صم يوما وأفطر يوما قال عبد الله فلما كبرت ودت أنى قبلت رخصة رسول الله صلى الله عليه وسلم"

"Puasa dan berbuka, bangun dan tidurlah sebab badanmu memiliki hak, keluargamu memiliki hak, dan tamumu juga ada haknya, maka Abdullah berkata ya Rasul aku sanggup melakukannya maka Rasulpun menjawab kalau begitu puasalah seperti Nabi Dawud. Abdullah bertanya lagi, bagaimana bentuk puasa Nabi Dawud ya Rasul? Beliau menjawab; puasa setengah tahun maksudnya puasa sehari dan tidak puasa sehari. Berkata Abdullah ketika aku sudah tua maka aku ingin kembali menerima keringanan dari Rasul tersebut."

Kesimpulan: Dari pembahasan tersebut, buah dari ibadah dan ketaatan akan didapatkan jika dilaksanakan secara rutin dan dalam pelaksanaannya dilakukan dengan tidak berlebihan dan tidak melampaui batas, sebab agama Islam didasarkan atas kemudahan bukan kesulitan, dan kewajiban-kewajibannya dilaksanakan sesuai dengan batas kemampuan. Maha benar Allah SWT dengan Firman-Nya dalam Al-Qur'an:

"Allah tidak membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan batas kemampuannya."

Semoga Allah menunjukkan kita jalan-Nya yang lurus serta diberikan kekuatan untuk bisa istiqomah dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Akhirnya, Alhamdulillah robbil 'alamin.


Dalam pencarian:
1. Berkah ibadah
2. Ibadah rutin
3. Keutamaan ibadah konsisten
4. Manfaat ibadah berkelanjutan
5. Istiqomah dalam ibadah
6. Kekuatan ibadah terus menerus
7. Ibadah dan keberkahan
8. Ibadah dalam kehidupan sehari-hari
9. Hikmah ibadah konsisten
10. Kedamaian melalui ibadah
11. Ibadah istiqomah
12. Ibadah rutin harian
13. Keberkahan hidup dengan ibadah
14. Pentingnya ibadah rutin
15. Ibadah sebagai jalan hidup

Comments

Popular posts from this blog

Kata-kata Kotor/Hinaan/Ejekan dalam Bahasa Arab Mesir (1)

Berikut adalah kata-kata kotor, hinaan, cacimaki, ejekan dan kata-kata kasar lainnya yang umum digunakan dalam keseharian masyarakat Mesir. Saya akan rangkum beberapa dari -setidaknya- sebagian besar kata cacian. Namun bagaimanapun, kata-kata tersebut jelas tidak sopan, jadi berhati-hatilah dalam menggunakannya. NOTE:  - Never & don’t try this at your interaction with another poeple - Tulisan ini untuk pendidikan dan menambah wawasan

Kata Panggilan untuk Teman/Orang yang Lebih Tua dalam Bahasa Arab

Sapa Menyapa dalam Bahas Arab Mesir Bahasa arab Mesir memiliki kata panggilan/sapaan yang bervariasi untuk orang-orang sesuai jenis, usia, dan kelas sosial yang berbeda. Di sini saya akan coba menguraikan kata-kata sapaan yang menjadi keseharian dalam budaya masyarakat Mesir. P.s: dalam kultur budaya Arab pada umumnya, jika memanggil nama seseorang secara langsung, harus diawali hurup يا atau huruf nida. Dalam kultur budaya Indonesia, padanan hal terkait, menurut hemat penulis, sama seperti kita menyapa dengan awalan "bang", "bung", "mang" dan lainnya.  Contoh: "ya Ahmad !" Sepadan dengan  " Bang, bang Garof", ato pun "neng, neng Shaima". ازيك يا كريم؟ (izzayyak ya Karim?) Apa kabar, Karim ? انتي فين يا ايمان؟ (inti fein ya Iman?) Kamu dimana, Iman? انا تحت امرك ياأفندم (ana tahta amrak ya fendim) Baik, Pak! Selain itu juga, jika kita akan memanggil seseorang dengan gelar ato julukann...

Kata-kata Kasar/Celaan dan Ekspresi lainnya dalam Bahasa Inggris (1)

Hello guys, setelah kita bahas tentang kata-kata kasar / hinaan / ejekan dalam bahasa arab Mesir , sekarang kita bahas hal yang sama dalam bahasa Inggris. Bukan hasil saya sendiri kayak yang bahasa Arab, tapi hasil google-ing di net. Tepatnya forum kaskuser. Oke, kita langsung aja ke inti tulisannya :) 1. Shit dan ragam pemakaiannya I got this shit!   Artinya: Saya bisa menangani ini / saya mendapatkan [barang/hal yang dicari]. That's some good shit :  Biasanya dipakai saat kita menonton pertunjukan (Bioskop, music, atraksi atau sekedar melihat aksi teman) yang membosankan dan tiba tiba ada aksi yang menarik. Maka ungkapan kasar dalam bahasa inggrisnya :" that's some good shit !". Holy Shit:  Ungkapan terkejut  atau  kesal tergantung pada keadaan.