14 Jun 2017

Jami al-Hakim bi Amrilla : Permata di Tengah Sahara Berumur Lebih Dari 1000 Tahun Lamanya

Pada hari Jumat 5 Ramadhan 403 H bertepatan dengan 20 Maret 1013 M penduduk muslim di Kairo melaksanakan shalat jumat pertama kali di sebuah masjid yang baru berdiri, dan berada jauh di luar tembok yang mengelilingi kota. Masjid itu kemudian di kenal dengan nama Masjid al-Hakim bi Amrillah.




Masjid ini memiliki keistimewaan tersendiri dibanding masjid-masjid tua dan bersejarah lainnya di kota Kairo. Keistimewaan yang didapat dari masa ke masa seiring berjalannya waktu. Mulai dari awal berdirinya di era Fathimiyah, lalu Mamalik, Abbasiyah, hingga Mesir Modern dan Republik.
Terletak di penghujung jalan al-Muiz al-Fathimi, distrik Jamaliyah, berdempetan dengan Bab al-Futuh. Sementara di sebelah utara berbatasan dengan tembok kota Kairo Lama. Di sebelah Timur derdampingan dengan Bab al-Nasr. Dan di arah Barat merupakan pintu masuk utama Masjid. Ada pun di sebelah selatan masjid bertemu langsung dengan perkampungan penduduk.
Drama Sejarah
Sejarah masjid al-Hakm bi Amrillah di mulai pada tahun 980 M / 379 H saat khalifah ke-5 Dinasti Fathimiyah, al-Aziz Billah, memerintahkan membangun masjid besar di luar tembok batas kota. Perintah tersebut didasari atas ketidakmampuan masjid yang ada saat itu, masjid al-Azhar, untuk menampung jamaah saat shalat Jumat dan upacara-upacara kenegaraan. Namun pembangunan masjid sempat terhenti karena khalifah al-Aziz Billah tutup usia. Baru pada tahun 1012 M / 402 H proses pembangunan dilanjutkan pada masa Khalifah al-Hakim bi Amrillah. Oleh sebab itu masjid tersebut dinamakan dengan Masjid al-Hakim bi Amrillah.

Bangunan Masjid
Peletakan batu pertama masjid dilaksanakan pada tahun 990 M / 380 H dan masa pembangunan berlangsung selama 14 tahun lamanya. Selama waktu itu banyak peristiwa yang mengiringi sejarah pembangunan masjid. Mulai dari kematian Khalifah al-Aziz Billah yang menggagas pembangunan masjid tersebut, lalu terhentinya proses pembangunan, dan baru dilanjutkan setelah Khalifah al-Hakim bi Amrillah menaiki tahta. Selesai pada tahun 1002 M / 393 H, namun dilanjutkan dengan pendirian dua menara masjid yang memakan waktu kurang lebih 10 tahun atau selesai pada tahun 1012 M / 402 H. Setahun kemudian baru dilaksanakan shalat Jumat untuk yang pertama kali, yaitu pada 5 Ramadhan tahun 403 H bertepatan dengan 20 Maret 1013 M.

Kedudukan Masjid al-Hakim bi Amrillah dalam Dinasti Fathimiyah
Masjid ini merupakan bagian penting dalam sejarah Fathimiyah, yang juga merupakan masjid ke-4 yang di bangun di Mesir setelah Masjid Amr bin Ash, Masjid Ibn Thulun, dan Masjid al-Azhar. Sepanjang perjalanannya masjid al-Hakim mengalami banyak peristiwa yang merubah keaslian bangunan masjid pada saat pertama didirikan. Selain itu, Khalifah al-Hakim juga mengizinkan para ulama yang mengajar di Masjid al-Azhar untuk mengajar di Masjid al-Hakim. Begitu juga perubahan-perubahan yang terjadi yang dimulai pada masa Khalifah al-Mustanshir saat memperluas batas dan pembangunan tembok kota Kairo.

Beberapa Peristiwa Sejarah yang Merubah Keaslian Bangunan Masjid
-       Saat pelebaran dan perluasan tembok kota Kairo pada masa Khalifah al-Mustanshir yang memasukkan masjid berada dalamnya.
-       Terjadinya gempa yang sangat kuat di era Mamalik pada tahun 1312 M / 702 H. Gempa tersebut menghancurkan beberapa bagian masjid, termasuk menara masjid. Yang kemudian direnovasi atas perintah Sultan Baybers.
-       Di Era pemerintahan Abbasiyah, atas perintah Al-Malik an-Nasir Badr ad-Din Hasan ibn Muhammad ibn Qalawun dilakukan renovasi bangunan dan penambahan marmer pada lantai masjid.
-       Pada awal abad ke-13, oleh Omar Makram, pimpinan parlemen, dilakukan renovasi dan penambahan kembali bagian masjid berupa mihrab dan mimbar, serta pe-marmer-an qiblat masjid. Dan masa ini adalah masa terakhir para penguasa memberikan perhatiannya terhadap masjid al-Hakim.

Masjid dan Beberapa Peristiwa Memprihatinkan
-       Pada wal abad ke-15, masjid mengalami kerusakan yang sangat memprihatinkan.
-       Kerusakan-kerusakan yang terjadi diawali dengan masuknya ekspansi Prancis ke Mesir, dan menjadikan masjid sebagai markas mereka.
-       Setelah keluarnya tentara Prancis dari Mesir pada awal abad ke-18, sekelompok orang dari Syam menempati masjid sebagai tempat tinggal dan menjadikannya sebagai pusat industry kaca dan sutra.
-       Pada akhir abad ke-18 sampai awal abad 19, masjid berubah fungsi dari pusat industri menjadi museum peninggalan sejarah Arab-Islam yang diberi nama Dar al-Atsar al-Arabiyah.
-       Setelah museum dipindah tempatkan, lalu dibangun sekolahan di altar masjid. Sekolah itu diberi nama Madrasah Silihdar.
-       Seiring dibangunnya sekolah di altar masjid, zawiyah masjid pun menjadi kosong tidak terpakai. Hingga akhirnya difungsikan menjadi ruang kantor para pedagang di sekeliling masjid.






Syiah Buhrah dan Pengembalian Fungsi Masjid
Di akhir abad ke-20, pada era Mendiang Presiden Sadat, sekelompok orang dari aliran Syiah Buhrah meminta pemerintah untuk melakukan perbaikan, renovasi dan pengembalian fungsi masjid sebagaimana mestinya, dan dengan pendanaan dari mereka sendiri. Hal itu mereka lakukan mengingat tingginya kedudukan al-Hakim bi Amrillah bagi mereka. Karena awal sejarah Syiah Buhrah kembali pada masa Dinasti Fathimiyah. Permintaan mereka pun disetujui dan dilakukan perbaikan serta penambahan bangunan masjid secara besar-besaran. Meskipun proyek tersebut membuat masjid semakin tidak terlihat keaslian bangunannya dari sejak pertama berdiri, namun masjid kembali pada fungsinya seperti semula, dan kini menjadi salahsatu obyek wisata religi di Kairo.






Kondisi Masjid Setelah Renovasi
Masjid al-Hakim berdiri di atas tanah seluas 16200 m², dengan corak arsitektur masjid klasik: banyak zawiyah dan altar masjid yang luas serta terbuka. Altar masjid ini adalah altar terluas dibanding dengan altar-altar masjid lainnya yang ada di Mesir. Luasnya sekitar 5330 m², dialasi dengan marmer putih dan dibangun air mancur ditengahnya untu tempat berwudhu. Di sisi selatan masjid terdapat kolam kecil yang berfungsi sebagai tempat wudhu juga. Dari empat zawiyah masjid, zawiyah utara adalah yang terbesar. Di dalamnya ada 2 mihrab; mihrab lama dan  mihrab baru, serta mimbar kayu. Dilengkapi dengan tiga kubah di atas zawiyah utara, dan sembilan pintu yang tersebar di seluruh sisi masjid. Namun pintu yang difungsikan hanya pintu yang menghadap ke arah al-Muiz St..






Penutup
Semua peristiwa dan perubahan pada masjid dari waktu ke waktu, serta kedudukannya yang sangat penting dalam sejarah Dinasti Fathimiyah, menjadikan masjid al-Hakim salah satu masjid terindah di era Kairo Klasik. Keindahan seni bangunan islami yang berkembang pada saat itu dengan pondasi yang mengalami banyak perubahan bangunan di atasnya, namun tidak mengurangi “kebesaran” masjid lebih dari 1000 tahun lamanya. Setiap lengkungannya menjadi saksi bisu setiap peristiwa yang di alami Masjid al-Hakim bi Amrillah. Namun demikian, masjid tersebut tetap besar dan menjadi masjid ke-4 yang dibangun di Kota Kairo.



Sumber: Disini 

Bagikan

Jangan lewatkan

Jami al-Hakim bi Amrilla : Permata di Tengah Sahara Berumur Lebih Dari 1000 Tahun Lamanya
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.