Pelajaran Berharga dari Dialog Ali bin Ja'far dan Mālik Ibnu Anas ra
Ali bin Ja'far menyampaikan kepada kami sebuah kisah menarik melalui Isma'il ibnu Binti As Suddī. Suatu ketika, aku hadir dalam majelis Mālik Ibnu Anas - Rahimahullāh. Di sana, seseorang bertanya kepada Mālik tentang sebuah masalah, dan beliau menjawabnya berdasarkan pendapat Zayd Ibnu Tsābit - Radhiyallāhu 'anhu.
Aku bertanya, "Apa pendapat 'Ali dan Ibnu Mas'ūd - Radhiyallāhu 'anhumā - mengenai hal ini?" Mendengar pertanyaanku, Mālik memberi isyarat kepada para penjaga untuk menangkapku. Ketika mereka mendekat, aku segera melarikan diri hingga mereka tidak dapat mengejarku.
Para penjaga bertanya, "Apa yang harus kami lakukan dengan buku-buku dan pena ini?" Mālik menjawab, "Datangkan dia tanpa kekerasan." Akhirnya, mereka menjemputku dengan cara yang lembut, dan aku pun ikut kembali bersama mereka.
Mālik kemudian bertanya kepadaku, "Dari mana asalmu?" Aku menjawab, "Dari Kūfah." Beliau melanjutkan, "Di mana adabmu kau tinggalkan?" Aku menjelaskan bahwa aku hanya ingin berdiskusi agar bisa mendapatkan ilmu darinya.
Mālik menjelaskan, "Tiada yang meragukan kemuliaan 'Ali dan Abdullāh Ibnu Mas'ūd - Radhiyallāhu 'anhumā. Namun, penduduk negeri kami mengikuti pendapat Zayd bin Tsābit. Jika engkau berada di tengah suatu kaum, janganlah memulai dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui, agar mereka tidak membalasmu dengan sesuatu yang tak kau inginkan."
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya memahami konteks budaya dan pandangan yang berlaku di suatu tempat sebelum memulai diskusi, sebagaimana tertulis dalam *Siyar A'lām An Nubalā' - Ad Dzahabiy*.
Comments
Post a Comment