Merayakan Mawlid: Inovasi Terpuji dalam Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad


Perayaan tahunan kelahiran Nabi (Mawlid un-Nabiyy) adalah salah satu inovasi besar yang penuh petunjuk. Acara ini diperingati oleh umat Muslim di seluruh dunia yang berkumpul untuk melakukan amal yang dianjurkan seperti membaca Al-Qur'an, melantunkan pujian Islam, menceritakan kisah kelahiran Nabi, mengajarkan pengetahuan agama, menyembelih hewan untuk memberi makan kepada yang miskin, serta berkumpul untuk bersyukur dan memuji Allah dan memohon kepada-Nya untuk mengangkat derajat Nabi Muhammad, sallallahu ^alayhi wa sallam. Pemimpin yang terhormat, berilmu, dan adil: al-Mudhaffar, Raja Irbil, memulai praktik ini sekitar 900 tahun yang lalu, dan ia dipuji oleh para ulama Islam, termasuk hafidh dari Mesir: Ibn Hajar al-^Asqalaniyy dan Jalal ud-Din as-Suyutiyy. Ulama hadith terkenal, Abul-Khattab Ibn Dihyah, menulis sebuah buku untuk raja yang khusus dibaca selama perayaan mawlid, dan tidak ada ulama Muslim besar yang mencela perayaan inovatif ini.


Dasar untuk memperingati peristiwa terhormat secara berulang setiap tahun dapat ditemukan dalam Sunnah Nabi. Dalam riwayat al-Bukhariyy, ketika Nabi berhijrah ke al-Madinah, ia menemukan orang Yahudi berpuasa, lalu ia bertanya kepada mereka mengapa mereka berpuasa pada tanggal 10 Muharram (Muharram adalah bulan pertama kalender Islam). Mereka menjawab bahwa mereka melakukannya untuk memperingati hari ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa (Musa) dan Bani Israel (Isra'il) dari tirani Firaun. Nabi Muhammad menegaskan bahwa apa yang dikatakan orang Yahudi itu benar, sehingga beliau berkata: "Kami lebih berhak atas Musa (Musa) daripada kalian." Ini karena Nabi Musa (Musa) adalah seorang Muslim. Nabi Muhammad memerintahkan umat Muslim untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, dan Sunnah ini masih dipraktikkan hingga saat ini.


Merayakan kelahiran Nabi dengan melakukan amal yang dianjurkan—yang dapat dilakukan pada hari mana pun dalam setahun—dianggap sebagai praktik inovatif karena ini tidak dilakukan pada zaman Nabi. Meskipun inovasi ini dipuji oleh para ulama Islam, beberapa orang menganggap setiap inovasi sebagai inovasi yang menyesatkan. Mereka yang menganggap setiap inovasi sebagai inovasi yang menyesatkan telah tersesat, karena terdapat dua hadith sahih yang mendukung perayaan semacam ini. Imam Muslim meriwayatkan, melalui jalur Jarir Ibn ^Abdullah, bahwa Nabi bersabda:


«من سنَّ في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة، لا ينقص من أجورهم شىء ومن سنَّ فِى الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة لا ينقص من أوزارهم شىء»


Hadith ini berarti: <<Siapa yang mengadakan inovasi baik dalam Islam, ia akan mendapatkan pahala dan pahala yang serupa dengan mereka yang mengikutinya—hingga Hari Kiamat—tanpa mengurangi pahala mereka. Dan siapa yang mengadakan inovasi yang menyesatkan, ia akan berdosa karenanya dan memiliki dosa yang serupa dengan mereka yang mengikutinya—hingga Hari Kiamat—tanpa mengurangi dosa mereka.>>


Imam ash-Shafi^iy menyatakan bahwa terdapat dua jenis inovasi (Bid^a) yang disebutkan dalam hadith ini:


* Inovasi yang membimbing dan

* Inovasi yang menyesatkan.


Apa yang sesuai dengan Al-Qur'an, Sunnah, Ijma^ (konsensus ulama), serta ucapan dan praktik para Sahabat adalah inovasi yang membimbing, sementara yang bertentangan dengan Al-Qur'an, Sunnah, Ijma^, dan ucapan serta tindakan para Sahabat adalah inovasi yang menyesatkan. Definisi dua jenis inovasi ini telah diajukan oleh banyak ulama Islam yang berpengetahuan dan terpercaya; di antaranya Imam ash-Shafi^iyy, Imam an-Nawawiyy, al-Bayhaqiyy, dan Hafidh, Ibn Hajar al-^Asqalaniyy.


Jelas bahwa umat Muslim tidak tersesat dalam merayakan kelahiran Nabi, berdasarkan hadith yang telah disebutkan, karena amal yang dilakukan selama acara ini dianggap sebagai amal yang dianjurkan menurut standar Agama, dan sejalan dengan definisi inovasi yang membimbing. Sayangnya, ada beberapa orang yang salah menginterpretasikan hadith sahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: "كل بدعة ضلالة"


yang berarti: <<Sebagian besar inovasi adalah inovasi yang menyesatkan.>> Mereka yang tersesat menginterpretasikan kata (kul) sebagai 'setiap' dan mengklaim bahwa hadith ini berarti: "Setiap inovasi adalah inovasi yang menyesatkan." Klaim mereka tidak berdasar karena dua alasan. Secara linguistik, hadith ini mirip dengan hadith yang diriwayatkan oleh al-Bayhaqiyy: "كل عين زانية"


Yang jelas tidak berarti: "Setiap mata melihat seperti pelaku zina;" melainkan, "Sebagian besar orang bersalah atas pandangan yang terlarang." Orang yang buta sejak lahir tentu tidak akan memiliki pandangan terlarang, dan diketahui bahwa para Nabi tidak akan pernah melakukan dosa yang sangat tercela. Kata "كل" (kul) dalam kedua hadith tersebut merujuk pada 'sebagian besar,' meskipun bisa berarti "setiap," namun tidak berarti demikian dalam semua kasus.


Faktanya, dalam penjelasan Sahih Muslim, an-Nawawiyy mengatakan: "Ucapan Nabi, sallallahu ^alayhi wa sallam, «كل بدعة ضلالة» adalah salah satu istilah yang termasuk dalam kategori: "عام مخصوص" (^am makhsus) yaitu, pernyataan umum yang memberikan makna khusus; yang merupakan bidang yang dikenal dalam Islam, dan makna hadith tersebut adalah "sebagian besar inovasi adalah inovasi yang menyesatkan."


Bidang "عام مخصوص" ini terlihat dalam Al-Qur'an pada Ayat 3 Surat al-Ahqaf: [تدمر كل شىء] yang berarti angin yang Allah kirim sebagai hukuman kepada kaum ^Ad menghancurkan sebagian besar benda.


Menerima makna: "Setiap inovasi adalah inovasi yang menyesatkan," sebagai makna dari hadith sahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud akan menafikan hadith sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menjelaskan dua jenis inovasi: inovasi yang membimbing dan inovasi yang menyesatkan. Dalam aturan Agama tidak diperbolehkan menginterpretasikan dua hadith sahih yang saling bertentangan, oleh karena itu kita mengetahui makna yang sebenarnya.


Meskipun sebagian besar inovasi adalah inovasi yang menyesatkan, terdapat banyak contoh inovasi yang diterima secara agama. Selama Khilafah ^Umar Ibnul Khattab, ^Umar memulai pengumpulan orang-orang di bulan Ramadan untuk melaksanakan Shalat Tarawih secara berjamaah. Ketika ia melihat orang-orang melakukan shalat ini secara berjamaah, ia berkata:


نِعْمَت البِدعَةُ هَذِه"ِ"


"Betapa baiknya bid^ah (inovasi) ini!"


Kedudukan tinggi ^Umar Ibnul Khattab sudah diketahui, sehingga penting untuk dicatat bahwa ^Umar menggunakan istilah eksplisit البِدعَةُ "inovasi" dalam pujiannya. Jika semua inovasi adalah menyesatkan—seperti yang diklaim oleh sebagian orang—^Umar tidak akan menginovasikan praktik ini, apalagi menyatakannya sebagai pujian, padahal baik al-Bukhariyy maupun Muslim meriwayatkan insiden ini. Selama era pengikut para Sahabat Nabi, inovasi terpuji lainnya terjadi. Awalnya, huruf-huruf seperti ba, ta, tha, dan ya, tidak memiliki titik di atas atau di bawahnya. Praktik membedakan huruf-huruf dengan menggunakan notasi ini dimulai setelah zaman Nabi.


Sejak zaman Nabi, banyak inovasi telah diterima. Mengingat kelahiran Nabi dengan melakukan amal yang dianjurkan adalah sebuah inovasi yang terpuji. Ini adalah peristiwa yang terhormat dan istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Kita bersukacita menjadi anggota dari umat terbesar Islam—umat Muhammad—yang merupakan Nabi terbaik dan makhluk terbaik ciptaan Allah. Dalam Surat Al ^Imran, Ayat 110, Allah berfirman:


(كُنْتُم خَير أُمةٍ أُخرِجت للناسِ تأمُرون بالمَعْروفِ وتنهَونَ عنِ المُنكَرِ وتُؤمِنونَ باللهِ)


yang berarti: [Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; menyuruh kepada yang ma^ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.]


Ayat ini berarti bahwa umat ini adalah umat terbaik berkat Nabi mereka," seperti yang dijelaskan oleh para ulama Islam. Umat Muslim bersyukur kepada Allah atas nikmat Islam dan karena menjadi pengikut Muhammad. Dalam Surat Al ^Imran, Ayat 31, Allah berfirman:


(قُلْ إنْ كُنتُم تُحِبّون اللهَ فاتبعونىِ يُحببكُمُ الله)


yang berarti [Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah Nabi, dan Allah akan mencintaimu.] Adalah tepat untuk menghormati Nabi. Mawlid (perayaan kelahirannya) memiliki manfaat besar: ia menginspirasi hati untuk mencintai Nabi dengan lebih mendalam.


Oleh karena itu, merayakan kelahiran Nabi adalah sebuah inovasi yang baik dan mendapatkan pahala. Dan Allah lebih mengetahui. Silakan referensikan artikel ini ke www.alsunna.org.




Berikut adalah beberapa keyword dan tagar yang sesuai untuk tulisan di atas:


Keyword:

1. Mawlid

2. Kelahiran Nabi Muhammad

3. Inovasi Terpuji

4. Perayaan Islam

5. Sunnah Nabi

6. Amal Saleh

7. Sejarah Mawlid

8. Hadith tentang inovasi

9. Umat Muslim

10. Pujian kepada Nabi


1. #Mawlid

2. #KelahiranNabi

3. #InovasiTerpuji

4. #PerayaanIslam

5. #AmalSaleh

6. #SunnahNabi

7. #SejarahMawlid

8. #Hadith

9. #UmatMuslim

10. #PujianNabi

Comments