Skip to main content

Featured post

Tahun 2024 Sudah Mau Berakhir: Resolusi Belum Tercapai? Yuk Belajar dari Nabi!

Tahun 2024 Sudah Mau Berakhir: Resolusi Belum Tercapai? Yuk Belajar dari Nabi! Nggak terasa ya, tahun 2024 hampir selesai. Buat kamu yang masih punya resolusi atau harapan yang belum juga tercapai, nggak usah sedih, apalagi sampai menyerah. Hidup memang nggak selalu sesuai keinginan kita. Tapi tenang, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari Rasulullah ﷺ. Tahukah kamu? Bahkan Rasulullah ﷺ, manusia pilihan Allah, juga pernah memiliki keinginan yang nggak bisa beliau wujudkan saat itu. Salah satunya adalah tentang Ka’bah. Keinginan Rasulullah ﷺ yang Tertunda Setelah menaklukkan Makkah pada tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah ﷺ sebenarnya ingin melakukan beberapa perubahan pada Ka’bah, seperti: 1. Membangun ulang Ka’bah di atas fondasi Nabi Ibrahim عليه السلام. 2. Menjadikan pintu Ka’bah sejajar dengan tanah. 3. Menambah dua pintu: satu untuk masuk dan satu untuk keluar. Tapi, beliau memilih untuk menunda semua itu. Kenapa? Karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa masyarakat Makkah baru saja ke...

Menjelajahi Pesona Abadi Mesir: Peradaban, Teologi, dan Keilmuan


Mesir: Negeri Pesona yang Abadi

Mesir dari dahulu sampai sekarang merupakan negara yang unik dan menarik. Daya tariknya dari dahulu hingga sekarang tidak pernah surut. Bahkan, yang terjadi sebaliknya, semakin hari semakin melejit seiring dengan waktu yang terus bergulir. Barangkali, sangat tepat ungkapan para pengamat yang mengatakan bahwa tanpa promosi pun, Mesir akan tetap menjadi buruan para turis mancanegara. Bangunan piramida yang megah, hamparan padang pasir yang indah, tempat-tempat sejarah yang unik, Sungai Nil yang menawan, dan al-Azhar yang berdiri kokoh merupakan di antara daya tarik penting Negeri Seribu Menara ini. Dan, tidak terkecuali bagi masyarakat Indonesia.

Pesona Mesir: Perpaduan Peradaban dan Teologi

Menurut hemat penulis, tingginya daya tarik Mesir bagi masyarakat dunia, dan masyarakat Indonesia pada khususnya, bukan semata pada kehebatan peradaban kunonya, namun juga dikarenakan faktor teologis keagamaan. Faktor teologis keagamaan yang dimaksudkan adalah bahwa negara ini termasuk di antara negara yang sangat penting bagi tiga agama besar dunia: Islam, Yahudi, dan Kristen. Hal ini tampak, misalnya, Mesir termasuk negara yang paling banyak disebutkan dalam tiga kitab suci agama tersebut, sebagaimana akan penulis sampaikan di bawah nanti. Bahkan, termasuk di dalamnya, Mesir juga merupakan negara yang banyak menyimpan tempat-tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan kisah para Nabi dan Rasul.

Legenda Nama Mesir: Jejak Tiga Mashr

Terdapat beragam pendapat para sejarawan seputar asal muasal penamaan Mesir ini. Sebagian sejarawan mengatakan, disebut Mashr (Mesir), karena dinisbatkan pada orang yang pertama kali menghuni daerah ini yang bernama Mashr atau Mashr-yem bin Markabil bin Duwabil bin Uryab bin Adam a.s. Para sejarawan menyebut Mashr-yem ini sebagai Mashr pertama, mengingat terdapat tiga nama Mashr yang satu sama lain saling berkaitan keturunan (al-Maqrizi, t.th: 1/18).

Pendapat kedua mengatakan, nama Mashr ini diambil dari Mashram bin Ya’rawusy al-Jabbar bin Mashr-yem bin Markabil bin Duwabil bin Uryab bin Adam a.s., atau yang sering disebut dengan nama Mashr kedua. Ialah yang pertama kali menemukan negeri ini.

Pendapat ketiga mengatakan, nama ini diambil dari nama Mashr ketiga, yaitu Mashr bin Binshir bin Ham bin Nuh a.s. (al-Naqrizi. T.th: 1/18).

Terlepas dari perbedaan di atas, ketiga pendapat sepakat dalam satu hal, yaitu bahwa nama Mashr diambil dari orang yang pertama kali menemukan negara ini.

Abu al-Hasan al-Mas’udi dalam buku Akhbar al-Zaman, sebagaimana dikutip oleh al-Maqrizi, menuturkan bahwa ketika putra-putra Nabi Adam a.s. saling dengki satu sama lain, terlebih rakusnya keturunan Qabil, Mashr bin Maqabil bin Duwabil bersama lebih dari 70 orang lainnya pergi mengungsi dan menjauh dari kejahatan keturunan Qabil mencari tempat baru untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan menetap.

Setelah sekian lama berjalan, akhirnya mereka sampai di Sungai Nil. Mereka lalu menyusuri sungai ini, mencari tempat yang strategis, luas, dan pas. Sampai akhirnya mereka menemukan tempat yang mereka pandang cocok saat itu, yang mana tempat tersebut adalah Mesir saat ini. Mereka kemudian menetap dan bercocok tanam di dalamnya, sampai akhirnya daerah tersebut menjadi subur dan ramai penduduknya.

Ketika banjir pada masa Nabi Nuh a.s. terjadi, dan seluruh daerah saat itu hancur, termasuk Mesir, negeri Mesir kemudian ditempati pertama kali pasca banjir Nabi Nuh a.s. oleh cicit Nabi Nuh a.s. yang bernama Mashr bin Binshir bin Ham bin Nuh a.s. Dan karena itu juga, negeri tersebut dinamakan Mashr, yang juga dinisbahkan kepada orang yang pertama kali menempati daerah tersebut pasca banjir Nabi Nuh a.s. (al-Maqrizi, t.th: 1/19).

Dari pemaparan di atas, tampak bahwa penamaan Mashr terjadi dua kali; sebelum dan sesudah banjir Nabi Nuh a.s., keduanya dinisbahkan kepada orang yang pertama kali menetap di daerah tersebut yang keduanya bernama Mashr, hanya ada Mashr pertama dan ketiga. Dari pemaparan ini juga, bahwa Mesir merupakan di antara negara pertama di dunia yang dihuni dan ditempati oleh manusia.

Secara bahasa, Mesir juga sangat luar biasa. Dalam bahasa Arab, Mesir mempunyai beberapa arti, di antaranya berarti penghalang atau batas di antara dua perkara. Dinamakan demikian, karena sejak dahulu Mesir sudah menggunakan benteng sebagai pusat pertahanan dan perlindungan dari serangan musuh. Benteng ini dibangun melingkari seluruh kota, sebagai upaya pertahanan dan perlindungan bagi penduduknya. Ini artinya bahwa Mesir merupakan negara pertama di dunia yang menggunakan benteng sebagai pertahanan dari serangan musuh (Sulaiman al-Hakim, 2005:14).

Kata Mashr dalam bahasa Arab juga berarti kota peradaban, yang dinamakan demikian karena peradabannya. (Ibnu Manzhur, 2006: 4/22; bdk. Sulaiman al-Hakim, 2005: 15).

Al-Jauhary mengatakan bahwa Mashr berarti sebuah kota, atau negeri berperadaban yang telah dikenal dengan peradabannya. Karena dalam bahasa Arab, sebuah nama umumnya diberikan sesuai dengan keadaan yang diberi nama. Tidak semata negeri tersebut dinamakan Mesir yang berarti berperadaban, melainkan karena negara tersebut kaya dengan peradabannya, sehingga menjadi negara yang sangat menarik sejak dulu.

Mesir: Pusat Spiritual Tiga Agama Dunia

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa daya tarik negara Mesir bukan semata karena peradaban dan bangunan-bangunan bersejarah di dalamnya, tetapi juga ditopang oleh faktor teologis, keagamaan. Dikatakan demikian, karena Mesir merupakan negara yang banyak sekali disebutkan dalam tiga kitab suci agama; Islam, Yahudi, dan Kristen. Dan tidak semata banyak disebutkan di dalamnya, melainkan juga karena terdapat banyak kisah, pelajaran, dan daya tarik tersendiri dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Dalam agama Islam, misalnya, negara Mesir merupakan negara yang paling banyak disebutkan oleh Allah dalam Al-Quran. Penyebutannya itu mengalahkan penyebutan dua kota suci umat Islam; Mekah dan Madinah.

Dalam Al-Quran, Mesir disebutkan lebih dari 35 kali; lima kali secara jelas menggunakan kata Mashr, dan sisanya secara kinayah, baik dengan menggunakan kata al-Ardh, atau al-Madinah, yang maksudnya adalah kota atau negeri Mesir (bandingkan dengan apa yang disampaikan oleh Ibnu Zulaq yang mengatakan bahwa Mesir disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 28 kali, Ibnu Zulaq, 200:3).

Adapun lima ayat yang menyebutkan kata Mashr secara jelas dimaksud adalah dalam surat Yunus: 87, Yusuf: 21, 99, al-Baqarah: 61, al-Zukhruf: 51.

Sedangkan secara kinayah, negeri Mesir disebutkan dalam 30 tempat, yaitu: dengan kata al-Madinah 5 kali; al-Ardh 18 kali; dan lain-lain. Namun menurut sebagian ulama, yang dimaksud Mesir adalah sebanyak 7 kali.

Selain dalam Al-Quran, Mesir juga termasuk negara yang banyak disebutkan dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama misalnya, negara Mesir, hemat penulis, disebutkan lebih dari 30 kali; 7 kali ketika menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim a.s. (Kitab Kejadian, pasal: 12, 13, dan 15), 40 kali ketika mengisahkan tentang Nabi Yakub dan Nabi Yusuf bersama saudara-saudaranya (Kitab Kejadian, pasal: 36 sampai pasal paling akhir dari Kitab Kejadian, pasal 50), serta sisanya ketika mengisahkan Nabi Musa a.s. (Kitab Keluaran, mulai dari pasal 1 sampai pasal ke 20 tentang Sepuluh Firman Tuhan).

Demikian juga dalam Perjanjian Baru yang merupakan Kitab Suci bagi kaum Nasrani. Dalam Perjanjian Baru, hemat penulis, Mesir disebutkan paling tidak empat kali, yakni ketika berbicara tentang kisah pelarian Siti Maryam dan Yusuf an-Najjar yang membawa Nabi Isa ke Mesir (Matius, pasal: 2).

Banyaknya nama Mesir disebutkan dalam tiga kitab suci ini mengisyaratkan bahwa negeri ini merupakan negeri penting bagi tiga agama. Dan ini juga sekaligus yang menjadi daya tarik negeri Mesir dari sisi teologis sebagaimana penulis sampaikan sebelumnya.

Keajaiban Peradaban Mesir: Dari Zaman Kuno hingga Era Modern

Banyak hal yang menjadi daya tarik Mesir. Di antaranya adalah:

1. Peradaban yang Sangat Tua dan Luar Biasa

Para sejarawan sepakat bahwa peradaban Mesir merupakan peradaban paling tua di dunia, dan setelahnya adalah peradaban Irak (Qashash al-Anbiya wa al-Tarikh karya DR. Rusydi al-Badrawy, 1/47). Semua ini karena untuk membangun sebuah peradaban perlu tempat tinggal yang tetap dan memenuhi kebutuhan hidup, di antaranya air yang melimpah, tanaman, tanah atau bebatuan untuk membangun rumah, juga hewan. Dan semua ini, hanya dipenuhi, saat itu, di dua tempat saja, yaitu di Delta Nil, Mesir, dan di pinggir Sungai Efrat, Irak. Karena itu, tidak mengherankan apabila para sejarawan mengatakan bahwa pusat peradaban itu lahir karena Sungai Nil. Peradaban inilah yang kemudian dikenal dengan peradaban Mesir Kuno.

Menurut para sejarawan Mesir, di antaranya DR. Salim Hasan, peradaban Mesir kuno ini sudah ada sejak 3200 SM, di mana masa itu dikenal dengan masa Pra Sejarah. Masa ini meliputi dua dinasti, yaitu Dinasti I dan II.

Setelah itu adalah fase Kerajaan Lama, dimulai dari tahun 2650 SM, yang meliputi Dinasti III sampai Dinasti VI. Pada masa ini juga dikenal dengan masa pembuatan Piramida, mengingat pada masa ini banyak bermunculan piramida baik yang di Saqqara, Giza, maupun Dahshur. Dan piramida-piramida ini sampai sekarang masih berdiri kokoh. Piramida-piramida yang ada saat ini merupakan di antara bukti hebat dan luar biasanya peradaban Mesir Kuno saat itu.

Demikian seterusnya sampai Dinasti XXX yang berakhir dengan Firaun Nectanebo II (360-343 SM).

Setelah peradaban Mesir Kuno berakhir, Mesir juga mengalami peradaban luar biasa dari Persia dan Romawi, yang mana Alexandria merupakan pusat peradabannya. Romawi berkuasa sampai Islam datang yang dibawa oleh panglima Amr bin Ash, pada tahun 639/640 M, pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab.

Sejak itu, ibu kota Mesir yang awalnya di Alexandria, dipindahkan ke Fustat (daerah sekitar masjid Amr bin Ash), sebagai ibu kota Mesir pertama pada masa Islam.

Pada masa Islam, Mesir banyak mengalami pergantian dinasti, mulai dari Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Tuluniyah, Ikhshidiyah, Fatimiyah, Zengid, Ayyubiyah, Mamluk, Turki Usmani, dan terakhir Dinasti Muhammad Ali Pasha.

Setiap dinasti yang berkuasa meninggalkan peradaban yang luar biasa, yang di antara peninggalannya itu dapat kita saksikan saat ini. Dengan demikian, selain Mesir Kuno, Mesir juga kaya dengan peradaban lainnya, yakni Persia, Romawi, dan Islam.

2. Kesuburan dan Kemakmurannya

Daya tarik Mesir lainnya, terutama pada masa lampau, adalah kesuburan dan kemakmuran negerinya. Karena itulah, tidak mengherankan apabila sejak dulu kala, Mesir menjadi buruan setiap orang termasuk para nabi.

Nabi Ibrahim a.s., misalnya, juga pernah berkunjung ke Mesir. Baik sejarawan muslim maupun non-muslim menyepakati hal itu. Nabi Ibrahim a.s. dan isterinya, Sarah, datang dari Irak ke Mesir karena masalah ekonomi, di mana saat itu Irak sedang mengalami kekeringan dan kekurangan. Hanya Mesir saat itu yang melimpah ruah dengan berbagai kemakmuran.

DR. Abdul Hamid Jaudah al-Sahhar (1/295) mengatakan, diperkirakan Nabi Ibrahim dan Sarah datang ke Mesir pada masa Dinasti ke-12, dengan Firaun bernama Amenemhat II (1911-1877 SM), yang diperkirakan tahun 1898 SM. Hal ini dikuatkan dengan ditemukannya pahatan di salah satu dinding kuburan di Bani Hasan yang menggambarkan banyaknya orang yang berdatangan ke Mesir dari luar daerah Mesir, terutama Irak. Dan ini juga menggambarkan bagaimana makmurnya Mesir saat itu.

Dari kunjungannya ke Mesir tersebut, Nabi Ibrahim a.s. kemudian diberikan seorang pelayan yang kemudian menjadi isterinya, Hajar.

Selain Nabi Ibrahim a.s. yang melakukan kunjungan ke Mesir, juga Nabi Yakub, Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya. Kedatangan Nabi Yusuf ini oleh para sejarawan diperkirakan pada masa Dinasti ke-16. Bahkan, Nabi Yusuf a.s. sendiri meninggal di Mesir (Perjanjian Lama, Kitab Kejadian, pasal 50, lihat juga dalam Qashash al-Anbiya wa al-Tarikh, Yusuf Asm karya DR. Rusydi al-Badrawy). Dan kedatangan Nabi Yakub sekeluarga ke Mesir juga karena Mesir merupakan negara yang sangat makmur dan melimpah saat itu.

Kemakmuran Mesir juga diabadikan oleh Allah dalam Al-Quran surat al-Dukhan ayat 24-28 yang artinya sebagai berikut:

"Dan biarkanlah laut itu terbelah. Sesungguhnya mereka bala tentara yang akan ditenggelamkan. Betapa banyak taman-taman dan mata air yang mereka tinggalkan. Juga kebun-kebun serta tempat-tempat kediaman yang indah. Dan kesenangan-kesenangan yang dapat mereka nikmati di sana. Demikianlah dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain."

Berkaitan dengan ayat itu, Ibnu al-Kanady dalam bukunya Fadhail Mashr al-Mahrusah (hal:9) mengatakan; "Apakah ada negara di dunia ini yang dipuji oleh Allah dalam ayat di atas dengan pujian yang sangat luar biasa, dan kenikmatan yang tiada tara, serta dipenuhi dengan banyak kemuliaan selain Mesir?"

Demikianlah bagaimana makmur dan luar biasanya Mesir pada saat itu, baik dari segi kekayaan alamnya, ekonomi, dan kehidupannya. Dan hal ini terus berjalan sampai sebelum dan sesudah Islam masuk ke Mesir.

3. Keilmuan: Dari Kuno hingga Modern

Banyak sekali hal-hal yang sangat menarik dari Mesir. Selain peradabannya dan kemakmurannya, salah satu hal lainnya yang juga sangat luar biasa adalah keilmuan. Sejak dulu masyarakat Mesir sangat terkenal dengan keilmuannya.

Bahkan Nabi Idris yang merupakan nabi pertama yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Quran setelah Nabi Adam a.s., lahir, hidup, dan meninggal di Mesir. Bahkan, menurut catatan sejarawan muslim, Nabi Idris merupakan manusia pertama yang mengajarkan baca tulis menulis. Ini artinya, bahwa tulis menulis yang merupakan sumber terbesar pengetahuan dan keilmuan sudah ada sejak awal di Mesir (Qashash al-Anbiya wa al-Tarikh, karya DR. Rasyid Badrawy, 1/47).

Pada masa Ptolemeus juga demikian. Pada masa Ptolemi I yang bergelar Soter, seorang panglima perang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, tepatnya pada tahun 323 SM, dibangun sebuah perpustakaan pertama dan terbesar di dunia saat itu, Perpustakaan Alexandria, yang berada di Alexandria.

Hingga masa Ptolemi III, sekitar 700.000 buku tersimpan di Perpustakaan Alexandria. Di Alexandria ini pula, Euclides, Archimedes, Erathostenes, dan ilmuwan-ilmuwan besar lainnya yang meletakkan dasar pengetahuan bagi umat manusia pernah menghabiskan sebagian hidupnya.

Sewaktu tentara Islam di bawah panglima Amr bin Ash menaklukkan Mesir pada tahun 640 (abad 20 H), Perpustakaan Alexandria kemungkinan sudah tidak ada. Para cendekiawan masih berdebat tentang bagaimana dan kapan tepatnya perpustakaan itu lenyap. Namun sebagian besar sejarawan menilai bahwa perpustakaan di Alexandria musnah ketika Julius Caesar menyerang Mesir pada 48 SM. Perpustakaan Alexandria dibakar, dan tak kurang dari 400.000 buku hangus menjadi abu. Belakangan, Caesar meminta maaf atas kelakuan barbar tentaranya yang membakar perpustakaan tersebut, dan menghadiahkan 200.000 buku yang dikirim dari Roma kepada Cleopatra.

Pada masa Islam, pusat keilmuan beralih ke Fustat, di mana Masjid Amr bin Ash sebagai pusat ilmu dan pengetahuannya. Masjid ini dalam perkembangannya berikutnya, menjadi buruan para pencari ilmu dari seluruh pelosok dunia. Banyak ulama, ahli fikih, sejarawan, sastrawan, ahli hadis, ahli qiraat, ahli tafsir, dan sufi yang datang dari pelosok dunia Islam ke Mesir untuk menimba ilmu atau mengamalkan ilmunya.

Dalam perkembangan berikutnya, pusat keilmuan berpindah ke al-Azhar, masjid yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyah yang bermazhab Syiah Ismailiyah yang datang ke Mesir pada tahun 969 M. Masjid ini awalnya menjadi pusat dan corong keilmuan secara umum, baik yang bersifat agama maupun umum. Meski awalnya didirikan sebagai pusat pengajaran mazhab Syiah Ismailiyah, namun dalam perkembangan berikutnya sampai sekarang berubah menjadi pusat pengkajian Islam termasuk mazhab Sunni, terutama setelah Salahuddin al-Ayyubi menjadi orang nomor satu yang berkuasa.

Bahkan, lebih dari itu semua, al-Azhar dalam perkembangan berikutnya menjadi daya tarik Mesir yang sangat luar biasa. Sampai abad ke-9 H atau ke-15 M, di Masjid al-Azhar sudah terdapat sekitar 26 ruwaq dan 15 harah. Dan setiap ruwaq diberikan nama tersendiri, sesuai dengan pengelompokan mazhab seperti Mazhab Maliki, Syafi'i, Hanafi, dan Hanbali, atau daerah, warga negara para murid seperti Mesir, Turki, Yaman, Maroko, dsb.

Demikianlah gambaran bagaimana orang-orang dari seluruh pelosok dunia datang berbondong-bondong menuntut ilmu di al-Azhar. Ini sekali lagi menunjukkan bahwa al-Azhar mempunyai daya tarik yang sangat signifikan untuk datang ke Mesir. Pada tahun 1945 / 1946 M, jumlah pelajar dan mahasiswa di al-Azhar mencapai 14.714 orang. Sedangkan pada tahun 1958, jumlahnya naik mencapai 40.000 pelajar dan mahasiswa (Suad Mahir Muhammad, Tt: 176, 177; al-Maqrizi, Tt: 96; bdk. DR. Ahmad Muhammad Auf, 1928: 60; Kamal al-Sayyid Muhammad, 1986: 32).

Setelah munculnya al-Azhar, pada masa-masa berikutnya muncul berbagai madrasah atau sekolah lainnya, seperti al-Madrasah al-Nashiriyah. Sekolah ini dibangun oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 566 H atau 1170 M. Dalam perkembangannya, sekolah ini kemudian dikenal dengan sekolah Ibnu Zain al-Tujjar, salah seorang syekh pengajar Fikih Syafi'i, yang telah mengajar di sekolah tersebut dalam waktu yang sangat lama, 25 tahun, tepatnya sampai tahun 591 H.

Madrasah ini juga kemudian dikenal dengan nama al-Madrasah al-Syarifiyyah sebagai nisbah kepada salah seorang guru pada sekolah itu yang bernama al-Syarif al-Qadhi Syamsuddin Muhammad bin al-Husain al-Hanafi. Ini menunjukkan, dalam perkembangan berikutnya, sekolah al-Nashiriyah tidak semata mengajarkan Fikih Syafi'i, tetapi juga Fikih Hanafi.

Selain itu, Salahuddin al-Ayyubi juga membangun al-Madrasah al-Qumhiyah. Pada tahun yang sama 566 H atau 1170 M. Sekolah ini berada tidak jauh dari sekolah al-Nashiriyah. Sekolah ini merupakan tempat pengajaran Fikih Maliki. Sekolah ini merupakan sekolah penting dalam sejarah, mengingat di sekolah ini seorang sejarawan sekaligus filosof ternama Ibnu Khaldun mengajar dalam waktu yang sangat lama.

Madrasah lainnya yang dibangun Salahuddin al-Ayyubi di Mesir adalah al-Madrasah al-Suyufiyah, yang dibangun pada tahun 572 H / 1176 M. Madrasah ini berfungsi sebagai tempat pengajaran Mazhab Hanafi. Dan madrasah ini merupakan madrasah pertama di Mesir yang khusus mengajarkan Fikih Hanafi.

Pada masa berikutnya, bermunculan madrasah-madrasah lainnya yang juga difungsikan sebagai tempat pembelajaran Mazhab Sunni, terutama empat mazhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.

Di antaranya ada al-Madrasah al-Adiliyah yang dibangun oleh saudara kandung Salahuddin al-Ayyubi, yang bernama Raja al-Adil. Madrasah ini merupakan tempat pengajaran Fikih Maliki.

Juga terdapat Madrasah Nabawiyah yang dibangun oleh Taqiyuddin Umar, juga al-Madrasah al-Fadhiliyyah yang dibangun oleh seorang Qadhi, al-Fadhil, tempat pengajaran fikih Syafi'i dan Maliki. Demikian juga madrasah yang dibangun oleh Sultan al-Kamil bin al-Adil, yang khusus mengajarkan ilmu hadis.

Apabila sebelumnya madrasah-madrasah itu fungsinya lebih bersifat spesifik, maka pada fase berikutnya muncul sekolah-sekolah yang dibangun yang sifatnya lebih umum. Ia tidak mengajarkan satu mazhab tertentu atau satu bidang ilmu tertentu saja, tetapi juga mencakup pengajaran fikih empat mazhab, seperti al-Madrasah al-Salihiyyah yang dibangun oleh Sultan al-Salih Najmuddin Ayyub pada tahun 641 H. Selain fikih, di madrasah tersebut juga diajarkan ilmu-ilmu keagamaan lainnya seperti tafsir, hadis, ilmu bahasa, dan lainnya (Kumpulan tulisan sejarawan Mesir, 1983: 77, 78; bdk. Suad Mahir, Tt: 168).

Selama Dinasti Ayyubiyah berkuasa di Mesir, yang kurang lebih berkuasa selama 81 tahun, jumlah madrasah yang dibangun pada masa dinasti tersebut sebanyak 21 madrasah. Ini menunjukkan bahwa Mesir hingga abad ke-7 dan 8 Hijriyah pun masih menjadi buruan para pencari ilmu dari seluruh pelosok dunia. Dan bahkan, sampai saat ini.

Demikian gambaran singkat beberapa hal seputar daya tarik Mesir dari tiga sisi, peradaban, kemakmuran termasuk ekonomi dan lainnya, juga keilmuan. Semoga bermanfaat!

Comments

Popular posts from this blog

Kata-kata Kotor/Hinaan/Ejekan dalam Bahasa Arab Mesir (1)

Berikut adalah kata-kata kotor, hinaan, cacimaki, ejekan dan kata-kata kasar lainnya yang umum digunakan dalam keseharian masyarakat Mesir. Saya akan rangkum beberapa dari -setidaknya- sebagian besar kata cacian. Namun bagaimanapun, kata-kata tersebut jelas tidak sopan, jadi berhati-hatilah dalam menggunakannya. NOTE:  - Never & don’t try this at your interaction with another poeple - Tulisan ini untuk pendidikan dan menambah wawasan

Kata Panggilan untuk Teman/Orang yang Lebih Tua dalam Bahasa Arab

Sapa Menyapa dalam Bahas Arab Mesir Bahasa arab Mesir memiliki kata panggilan/sapaan yang bervariasi untuk orang-orang sesuai jenis, usia, dan kelas sosial yang berbeda. Di sini saya akan coba menguraikan kata-kata sapaan yang menjadi keseharian dalam budaya masyarakat Mesir. P.s: dalam kultur budaya Arab pada umumnya, jika memanggil nama seseorang secara langsung, harus diawali hurup يا atau huruf nida. Dalam kultur budaya Indonesia, padanan hal terkait, menurut hemat penulis, sama seperti kita menyapa dengan awalan "bang", "bung", "mang" dan lainnya.  Contoh: "ya Ahmad !" Sepadan dengan  " Bang, bang Garof", ato pun "neng, neng Shaima". ازيك يا كريم؟ (izzayyak ya Karim?) Apa kabar, Karim ? انتي فين يا ايمان؟ (inti fein ya Iman?) Kamu dimana, Iman? انا تحت امرك ياأفندم (ana tahta amrak ya fendim) Baik, Pak! Selain itu juga, jika kita akan memanggil seseorang dengan gelar ato julukann...

Kata-kata Kasar/Celaan dan Ekspresi lainnya dalam Bahasa Inggris (1)

Hello guys, setelah kita bahas tentang kata-kata kasar / hinaan / ejekan dalam bahasa arab Mesir , sekarang kita bahas hal yang sama dalam bahasa Inggris. Bukan hasil saya sendiri kayak yang bahasa Arab, tapi hasil google-ing di net. Tepatnya forum kaskuser. Oke, kita langsung aja ke inti tulisannya :) 1. Shit dan ragam pemakaiannya I got this shit!   Artinya: Saya bisa menangani ini / saya mendapatkan [barang/hal yang dicari]. That's some good shit :  Biasanya dipakai saat kita menonton pertunjukan (Bioskop, music, atraksi atau sekedar melihat aksi teman) yang membosankan dan tiba tiba ada aksi yang menarik. Maka ungkapan kasar dalam bahasa inggrisnya :" that's some good shit !". Holy Shit:  Ungkapan terkejut  atau  kesal tergantung pada keadaan.