“Keinginan yang kuat (himmah) tidak dapat menembus tirai takdir.”
Pengertian himmah
Menurut Ibnu Qoyyim ra., bahwa himmah adalah awal hasrat. Secara khusus, orang-orang mengartikannya sebagai puncak hasrat. Hammu adalah permulaan hasrat, dan himmah adalah puncak hasrat.
Ustadz Salim Bahreisy dalam terjemahnya menambahkan dengan mengutip ayat-ayat Al-Quran berikut:
“Al Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At-Takwir [81]:27-29)
Juga,
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Insan [76]:30)
Dalam Al-Quran, persoalan takdir Allah firmankan dengan serangkaian ayat-ayat-Nya yang membutuhkan qalb/hati yang suci dari penyakit-penyakitnya serta akal nalar yang memenuhi kaidah mantiq/hukum logika yang tertib. Karena seandainya kita memahami ayat-ayat tersebut sepotong-sepotong dan tidak menganalisis secara nalar dengan paripurna, ditambah kemudian hati kita sedang terkuasai oleh penyakit melampiaskan hawa nafsu diri, maka kita pun akan salah dalam menangkap makna takdir seperti yang Allah kehendaki.
Sekedar menambah wawasan kita tentang takdir dalam Al-Quran, terdapat ayat-ayat yang menerangkan bahwa Allah-lah yang memberi hidayah/petunjuk atau pun menyesatkan kepada kita, misalnya:
“Maka apakah orang yang dijadikan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. Fathir[35]:8)
Namun pada ayat-ayat lainnya disebutkan bahwa kita yang hendaknya mengubah keadaan diri kita.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.Ar-Ra’d[13]:11)
Dalam memahami persoalan takdir yang nampak rumit namun penting dalam kehidupan kita, sesungguhnya kita (saya lebih tepatnya) benar-benar memerlukan bimbingan seorang guru yang telah memperoleh kesempurnaan ma’rifatullah.
Comments
Post a Comment