Pada akhir pekan, John dan kekasihnya, Allison, memulai perjalanan dengan mobil yang terasa sangat menyenangkan dan santai, melintasi lembah-lembah yang menawan hanya beberapa jam dari rumah mereka. Namun, ketika jalanan mulai berliku dan mengitari lereng gunung, John mematikan radio agar bisa lebih fokus mengemudi. Ia merasa sulit untuk berkendara di jalan yang berkelok sambil mendengarkan musik.
“Allison, kau mau kopi?” tanya Allison dengan lembut.
John tersenyum dan menjawab, “Tidak, terima kasih. Aku baik-baik saja,” sambil dalam hati merasa terharu atas perhatian kekasihnya yang menawarkan kopi.
Beberapa saat kemudian, John menyadari bahwa Allison tiba-tiba berhenti berbicara, dan dia pun mulai merasa bahwa mungkin ada yang salah.
“Kau baik-baik saja, sayang?” tanyanya dengan penuh perhatian.
“Aku baik-baik saja!” sahut Allison dengan nada tinggi.
Merasa bingung, John pun bertanya lagi, “Jadi, apa yang terjadi sebenarnya?”
Allison mendengus kesal, “Kau tidak mau berhenti!!” jawabnya dengan nada jengkel.
John, yang berpikir analitis, mencoba mengingat kapan Allison mengatakan ‘berhenti’. Ia yakin Allison tidak pernah mengatakannya dan menyampaikan pemikirannya kepada kekasihnya. Allison kemudian menjelaskan bahwa John seharusnya lebih peka. Saat Allison menawarkan kopi, yang dia maksud sebenarnya adalah bahwa dia ingin berhenti untuk minum kopi.
SOLUSI
Ketika perempuan menggunakan bahasa yang tidak langsung kepada sesama perempuan, biasanya tidak ada masalah karena mereka lebih peka dan dapat memahami maksud yang tersirat. Namun, ketika digunakan kepada laki-laki, ini bisa menjadi masalah karena laki-laki cenderung berbicara secara langsung dan mengartikan kata-kata secara harfiah. Namun, dengan kesabaran dan latihan, pria dan wanita dapat belajar untuk lebih memahami satu sama lain.
0 Comments