Pertanyaan : Bagaimana
pengembangan Kurikulum 2013 ini?
Mendikbud : Pengembangan
kurikulum ini sudah ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014. Artinya apa? Kalau ada suatu dokumen RPJMN 2010-2014, ini
artinya disusun tahun 2009, berarti 2009 sudah dievaluasi, 2010-2014 harus ada
penataan kurikulum. Ini perintah RPJMN.
Dari sisi arah, sangat-sangat
jelas. Arahnya adalah peningkatan kompetensi yang seimbang antara sikap
(attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Tiga ini harus
dimiliki. Yang dirisaukan orang bahwa anak-anak kita hanya memiliki kognitif
saja, ini yang kita jawab. Kompetensi nantinya bukan urusan kognitif saja namun
ada sikap, dan ketrampilan. Kompetensi ini didukung 4 pilar yaitu : produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif. Meskipun inovatif ini gabungan sifat produktif
dan kreatif, namun kita taruh berdiri sendiri saja. Kalau seseorang produktif
dan kreatif, tidak serta merta menjadi inovatif, tapi inovatif ini hanya bisa
dibentuk kalau ada dua hal tersebut. Kalau ada beras ada ikan belum tentu
otomatis bisa dimakan,tapi kalau tidak ada beras tidak ada ikan otomatis tidak
ada yang bisa dimakan. Syaratnya ada beras, ada ikan.
Tentang afektif ini, kita ini
rindu dengan kekuatan-kekuatan moralitas, sentuhan seni. Tentu saja dibingkai
dengan ke-Indonesia-an.
Ini sesuatu yang baru, uji publik
kurikulum. Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi ini kita lempar ke
publik. Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada kurikulum baru,
kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki atau sense of
belonging. Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi pandangan. Oleh
karena itu paling gampang kita masukkan dalam web kita
http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Apakah yang disentuh cuma mata
pelajaran? Tentu saja tidak. Kalau kita bicara kurikulum, kita harus bicara 4
hal, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar
penilaian. Proses ini berarti metodologi, atau pendekatan. Itu kurikulum
keempat-empatnya, mata pelajaran hanya satu aspek saja, termasuk buku cuma satu
aspek saja.
Yang pertama kita garap dalam
penyusunan kurikulum adalah kompentensi apa yang akan kita capai. Anak kelas I SD
diharapkan bisa apa, kelas V bisa apa, itu yang pertama ditentukan. Untuk ke
situ apa yang harus dilakukan? Setelah kompetensi ditentukan, prosesnya harus
ditentukan. Setelah itu cara evaluasinya harus ada, apakah sudah tercapai atau
belum. Jadi perlu standar penilaian. Jadi mata pelajaran itu sesuatu yang kecil
saja, suatu akibat saja.
Apa bedanya kurikulum yang dulu
dengan yang sekarang? Kurikulum yang lama pun ada standar kompetensi, ada
isinya, proses, dan penilaian. Dari situ kita review semua, sejak 2011 sudah
kita review. Ketika ramai-ramainya PPKN, kita pelajari semua. Pendekatannya
kita ubah. Kalau dulu mata pelajaran dulu ditetapkan, baru kompetensinya,
sekarang kita ubah, kompetensinya dulu ditetapkan, baru menyusul mata
pelajarannya.
Pendekatannya adalah
scientific-approach, atau pendekatan ilmiah.
Pertanyaan : Mengapa
kurikulum harus berubah?
Mendikbud : Yang paling
mendasar, adik-adik kita didik ini untuk apa? Yang paling utama kan untuk
mereka sendiri, yang nantinya akan kembali untuk keluarga, bangsa, dan negara. Kapan itu? kalau anak
sekolah sekarang, itu bukan untuk sekarang. Agar mereka bisa hidup untuk nanti.
Jaman itu nanti berubah, jadi harus dimulai dari sekarang. Kalau kita tidak
berubah kita akan menghasilkan generasi yang usang. Generasi yang akan menjadi
beban, dan juga tidak terserap di dunia kerja.
Pertanyaan : Bagaimana
tentang anggapan ganti menteri ganti kurikulum?
Mendikbud : Saya
dihadapkan pada 2 pilihan: Apakah mempertahankan tidak usah ganti kurikulum
biar ga dibilang ganti menteri ganti kurikulum, atau kedua tidak apa-apa ganti
kurikulum asal ada landasan. Saya memilih yang kedua, ganti kurikulum nggak
apa-apa asal punya pijakan. Kalau ini dilakukan, saya yakin kurikulum ini tidak
akan berubah dalam 4 atau 5 tahun.
Kembali ke 4 pilar di atas,
penelitian menunjukkan bahwa kreativitas bisa dibangun melalui pendidikan.
Penelitian ini masih relatif baru, tahun 2011. Penelitian ini menunjukkan 2/3
kreatifitas diperoleh melalui pendidikan, sedangkan 1/3 karena genetik.
Bagaimana menumbuhkan
kreatifitas? Anak-anak kita ajari mengamati. Manfaatkan indrawi untuk melihat
fenomena. Tidak hanya mengamati, tetapi kita dorong untuk bertanya. Tidak hanya
bertanya, tetapi harus sampai ke menalar. Dan nanti sampai ke mencoba, sampai
ke eksperimen.
Makanya prosesnya kita ubah.
Karena prosesnya berubah, makanya jam pelajarannya bertambah.
Obyek pembelajarannya adalah
fenomena alam, fenomena sosial, fenomena budaya. Belajar apa saja, obyeknya
pasti tiga hal tersebut. Pendekatannya kita gunakan tematik-integratif.
Anak-anak kecil itu kan belum
bisa berfikir spesialis. Karena spesialis itu memerlukan basic yang kuat,
makanya dari awal anak-anak kita ajari berfikir utuh. Generik, tapi generik-nya
kita perkuat. Tidak pelajaran-pelajaran satu-satu. Tidak boleh anak-anak kecil
itu kita ajari spesialis.
Pertanyaan : Bagaimana
tentang uji publik kurikulum 2013 ini?
Mendikbud : Ini sesuatu
yang baru, uji publik kurikulum. Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi
ini kita lempar ke publik. Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada
kurikulum baru, kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki
atau self-belonging. Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi pandangan.
Oleh karena itu paling gampang kita masukkan dalam web kita
http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Uji publik jalan terus ini.
Secara umum tidak ada itu yang menolak. Rata-rata menyambut baik. Tujuan uji
publik itu kan untuk penyempurnaan. Makanya bahannya kita upload, supaya publik
mempelajari terlebih dahulu. Kalau ada yang komentar mata pelajaran kita kurang
fokus, coba pelajari dahulu.
Waktu uji publik yang 3 minggu
ini cukup. Tentang memilah masukan, itu teknis sekali. Akan dikelompokkan
tentang kurikulum dan tentang implementasi kurikulum. Tentang kurikulum itu
sendiri kan terdiri dari kompetensi lulusan, isi, proses, dan penilaian.
Kira-kira dari 4 itu mana yang perlu ditambahkan. Dari masukan yang banyak
tersebut, oleh tim pakar akan di-review. Tentu saja tidak semua masukan kita
terima, kalau semua masukan kita terima itu berarti nggak mikir.
Pertanyaan : Bagaimana
tentang kesiapan guru?
Mendikbud : Ujung
tombaknya guru? Benar. Bagaimana jika guru belum siap? Kita siapkan! Dalam
manajemen Pareto, itu kan ada prioritas, mencari mana lebih prioritas. Makanya
kita prioritaskan mana yang penting terlebih dahulu. Implementasinya, kita
siapkan skenario pentahapan. Tahapnya bisa kelas 1 SD, 4 SD, kelas 7, kelas 10
terlebih dahulu. Kalau itu kita lakukan, guru yang harus dilatih tidak sejumlah
total guru, yang 3 juta. Misal guru SD saja 1,6 juta, yang kita latih sepertiga
dari 1,6 juta itu, dikurangi guru agama, guru Pendidikan Jasmani, jadi cuma
sekitar 300 ribu, itu masuk akal. Kita setiap tahun mengadakan sertifikasi
sekitar 300 ribu.
Pertanyaan : Apakah bukunya
berubah?
Mendikbud : Konsekuensi
bukunya berubah. Apa tidak boleh mengadakan buku? Ya tentu harus! Asalnya yang
penting: 1. Jangan dibebankan kepasa siswa atau orang tua siswa; 2. Di dalam
pelaksanaannya pengadaan buku harus bisa dipertanggungjawabkan, transparan
saja. Buku masternya kita siapkan, jadi bisa diuji isinya benar atau salah.
Kemudian kita tender-kan, terbuka. Dan siapapun bisa mengawasi.
Dananya bisa dari dana alokasi
khusus (DAK), yang memang tiap tahun ada DAK pengadaan buku. Dan juga dari
anggaran kita sendiri. Estimasinya kita belum tahu. Berapapun anggarannya, mau
100 milyar 100 trilyun, asal bisa dipertanggungjawabkan tidak masalah.
Pertanyaan : Seperti apa
pengajaran tematik-integratif?
Mendikbud : Misalnya guru
menetapkan tema pelajaran hari tentang gunung, tentang diriku, tentang
lingkunganku. Tema itu bisa berhari-hari diajarkan. Dalam tema itu ada Bahasa
Indonesia, ada Matematika diintegrasikan. Contoh temanya sungai. Guru
menceritakan tentang sungai dengan Bahasa Indonesia, diperkenalkan kosa kata
tentang sungai, air, dan lain-lain. Kemudian ditanyakan, air di sungai itu
mengalir atau tidak? kenapa? Di situ diperkenalkan ilmu pengetahuan alam. Bisa
juga dikaitkan dengan budaya, bahwa di Bali dikenal ada Subak, tentang budaya
pembagian air. Air bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Jadi pembelajaran
itu bisa hidup.
Pertanyaan : Bagaimana tentang
blue-print kurikulum jangka panjang?
Mendikbud : Apakah kita
bisa membuat kurikulum yang tidak berubah 50 tahun? Tidak ada ceritanya. Tidak
ada ceritanya kurikulum yang 50 tahun tidak berubah, bahkan yang 20 tahun tidak
berubah itu tidak ada.
Jaman itu berubah. Apa perubahan
mendasar yang dibutuhkan di masa depan? Yang paling dibutuhkan di masa
mendatang (termasuk sekarang juga dibutuhkan) yaitu kreatifitas. Ke depan kita
butuh anak-anak yang kreatif.
Sumber: kemdikbud.go.id
Comments
Post a Comment