Para Quthub Empat & Tingkatan Para Wali
Sering muncul pertanyaan tentang siapa sebenarnya “quthub empat” itu, dan kenapa Sayyid Abu al-Hasan asy-Syadzili tidak dimasukkan di antara mereka?
Jawabannya begini: setiap zaman selalu ada empat quthub yang bergantian memegang peran. Jadi bukan berarti setelah empat wali besar yang terkenal itu (Sayyid Ahmad ar-Rifa’i, Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, Sayyid Ahmad al-Badawi, dan Sayyid Ibrahim ad-Dasuqi) lalu pintu itu tertutup rapat. Tidak. Allah selalu menunjuk orang-orang pilihan-Nya di setiap masa.
Cuma memang, empat wali besar itu disebut “quthub yang masyhur”. Artinya mereka yang paling terkenal, bukan berarti hanya mereka saja yang jadi quthub.
Kalau kita lihat jarak waktu kelahiran mereka pun berbeda jauh:
- Sayyid al-Badawi lahir sekitar 82 tahun setelah Sayyid ar-Rifa’i.
- Sayyid ad-Dasuqi lahir sekitar 139 tahun setelah Sayyid ar-Rifa’i.
- Bahkan antara Sayyid al-Badawi dan Sayyid ad-Dasuqi ada jarak sekitar 57 tahun.
Jadi jelas mereka tidak hidup di satu zaman yang sama.
Tingkatan Wali dalam Pandangan Tasawuf
Dalam tradisi sufi, dikenal tingkatan-tingkatan wali yang punya tugas masing-masing:
- Quthub (atau Ghauts): pemimpin tertinggi para wali, satu orang di setiap zaman. Dialah pusat rahasia Allah di alam semesta.
- A’immah (Imam-imam): dua orang yang mendampingi quthub, di kanan dan kirinya.
- Autad (tiang-tiang): empat orang yang menjaga bumi dari keburukan, masing-masing sesuai arahnya (timur, barat, utara, selatan).
- Abdal (pengganti): tujuh orang yang menjaga tujuh wilayah bumi, bisa berganti rupa, seakan-akan bisa berada di banyak tempat.
- Nujaba (orang-orang mulia): 40 orang yang menanggung beban umat manusia.
- Nuqaba (pemimpin-pemimpin): 300 orang yang jadi tingkatan awal, mereka ahli menyingkap rahasia hati dan nurani.
Beberapa ulama sufi juga menambah variasi lain dalam pembagian tingkatan ini. Ada yang membaginya jadi 7 tingkat, ada yang sampai 10 tingkat. Nama-namanya pun bisa beda, tapi maksudnya sama: menunjukkan ada hirarki wali dengan fungsi dan tugas masing-masing.
Tentang Sayyid asy-Syadzili
Lalu, kenapa Sayyid Abu al-Hasan asy-Syadzili tidak dimasukkan ke dalam “quthub empat” yang terkenal itu?
Jawabannya sederhana: bisa saja beliau adalah quthub di masanya, hanya saja tidak dimasukkan dalam daftar “empat quthub masyhur”. Karena Allah tidak pernah membatasi rahmat-Nya pada empat orang saja. Setiap masa selalu ada quthub, hanya saja ketenarannya berbeda-beda.
Allah berfirman:
"Kepada masing-masing Kami beri (karunia), baik golongan ini maupun golongan itu, semuanya dari pemberian Tuhanmu."
Artinya, Allah bebas memilih siapa saja yang jadi wali-Nya, kapanpun dan di manapun.
Intinya
- Setiap zaman ada quthub yang memimpin.
- Empat wali besar (ar-Rifa’i, al-Jailani, al-Badawi, ad-Dasuqi) disebut quthub masyhur, tapi bukan berarti cuma mereka.
- Tingkatan wali beragam: quthub, a’immah, autad, abdal, nujaba, nuqaba, dan seterusnya.
- Pembagian tingkatan ini berbeda-beda versi, tergantung ulama sufi yang menjelaskan.
- Yang paling penting, kita kenal dan hormati wali-wali Allah di zaman kita, beradab kepada mereka, lalu berusaha menapaki jalan yang sama sesuai kemampuan kita.
0 Comments