Hanya sebuah pertanyaan: Mengapa sang penyair berkata: " Ala laita as-syababa ya‘udu yauman... fa-ukhbirahu bima fa‘ala al masyibu " (Oh, seandainya masa muda kembali walau sehari... agar bisa kuceritakan apa yang telah dilakukan usia tua)? Mengapa ia tidak berkata, " Ala laitat at-tufulata ta‘udu yauman " (Oh, seandainya masa kanak-kanak kembali walau sehari)? Mengapa masa muda dan bukan masa kanak-kanak? Apakah karena seseorang yang berada di usia muda akan lebih memahami dan menyadari apa yang dilakukan usia tua dibandingkan seorang anak kecil? Padahal, anak-anak zaman sekarang memahami segalanya. Apakah ada alasan lain untuk lebih memilih masa muda dibandingkan masa kanak-kanak? Padahal, saya sering mendengar banyak orang mengatakan bahwa masa terindah adalah masa kanak-kanak, dan mereka berharap bisa kembali menjadi anak kecil lagi. Tentu saja, saya tidak tahu apakah ada alasan lain selain itu, karena maknanya ada di "perut penyair." Dan ini adalah ...
Tahun 2024 Sudah Mau Berakhir: Resolusi Belum Tercapai? Yuk Belajar dari Nabi! Nggak terasa ya, tahun 2024 hampir selesai. Buat kamu yang masih punya resolusi atau harapan yang belum juga tercapai, nggak usah sedih, apalagi sampai menyerah. Hidup memang nggak selalu sesuai keinginan kita. Tapi tenang, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari Rasulullah ﷺ. Tahukah kamu? Bahkan Rasulullah ﷺ, manusia pilihan Allah, juga pernah memiliki keinginan yang nggak bisa beliau wujudkan saat itu. Salah satunya adalah tentang Ka’bah. Keinginan Rasulullah ﷺ yang Tertunda Setelah menaklukkan Makkah pada tahun ke-8 Hijriyah, Rasulullah ﷺ sebenarnya ingin melakukan beberapa perubahan pada Ka’bah, seperti: 1. Membangun ulang Ka’bah di atas fondasi Nabi Ibrahim عليه السلام. 2. Menjadikan pintu Ka’bah sejajar dengan tanah. 3. Menambah dua pintu: satu untuk masuk dan satu untuk keluar. Tapi, beliau memilih untuk menunda semua itu. Kenapa? Karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa masyarakat Makkah baru saja ke...